Berpijak kepada QS Al-Ankabut/29: 45,
maka dapat disimpulkan bahwa jika performance akhlak kepada Allah bersifat luhur, mulia dan terpuji, maka niscaya akan luhur, mulia, dan terpuji pulalah akhlak kepada manusia lain dan lingkungan. Tetapi jika akhlak kepada Allah bersifat buruk, tercela dan nista, maka akan buruk, tercela dan nista pulalah akhlak kepada manusia dan lingkungan.
*******
Artikel singkat ini menawarkan landasan konsep pembinaan akhlak/karakter mahasiswa yang dimulai dari pembinaan akhlak kepada Allah. Tawaran konsep ini tidak untuk dimaknai bahwa pembinaan akhlak kepada manusia dan lingkungan ---untuk sementara--- ditunda dulu. Dalam implementasinya di lapangan, pembinaan akhlak kepada Allah ini justru harus berjalan simultan dengan pembinaan akhlak kepada manusia dan lingkungan. Hanya saja, fokus atau penekanan utama mesti diorientasikan kepada pembinaan akhlak mahasiswa kepada Allah. Dari sini nanti, mahasiswa akan memahami dan memaknai bahwa akhlak kepada manusia dan lingkungan sesungguhnya adalah turunan dari akhlak kepada Allah SWT.
Grand Theory Pembinaan Akhlak
Grand theory atau supra teori yang dapat dijadikan landasan dalam memperbaiki akhlak/adab mahasiswa adalah ayat 45 surat Al-Ankabut. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:*
اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut/29: 45)
Ayat ini dengan amat jelas menyatakan bahwa ibadah shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Hanya saja shalat yang dimaksud tentu saja adalah shalat yang dilakukan dengan adab atau akhlak yang tinggi dan luhur dalam menghambakan diri kepada Allah.
Di antara adab dimaksud adalah:
- Mengenakan pakaian yang terbaik yang dimiliki ketika beribadah. Seorang muslim mesti tampil dengan adab berpakaian yang mulia di hadapan Allah. Sebisa mungkin jangan gunakan pakaian tidur untuk menghadap-Nya. Gunakan pula wangi-wangian halal seperlunya. Allah berfirman: "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid..." (QS Al-A'raf/7: 31). Nabi Saw bersabda, "Innallaha jamil yuhibbul jamal". Artinya: Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. (Hadits Riwayat Muslim dari Ibnu Mas'ud r.a.).
- Khusyu' (tunduk hati dan merendahkan diri) di hadapan Allah. Allah berfirman: "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khsuyuk, (yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya " (QS Al-Baqarah/2: 45-46).
- Tadharru' (rendah hati) kepada Allah mulai berdiri di atas sajadah (tempat shalat) sampai salam. Belajarlah membuang rasa sombong (egoisme) yang bersarang dalam hati. Allah berfirman: "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS Al-A'raf/7: 55). Dan firman-Nya lagi: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman/31: 18). Sombong atau angkuh adalah perintang paling besar untuk khusyu' (tunduk) kepada Allah.
- Khufyah (mengucapkan bacaan shalat dengan lembut) dan tidak kasar (melampaui batas kelembutan). (QS Al-A'raf/7: 55). Bacaan shalat mesti dirasakan dan dihayati. Hal ini hanya mungkin dilakukan dengan menghadirkan hati (bi hudhur al-qalbi) dalam shalat. Orang yang tergesa-gesa shalat pertanda bahwa ia masih kasar di hadapan Allah.
- Khauf/khifah (rasa takut kepada Allah) saat ibadah kepada-Nya. Allah berfirman: "... Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap..." (QS Al-A'raf/7: 56, 205). Hendaklah dipahami bahwa Allah adalah Tuhan 'Arsy yang Agung, Tuhan Pencipta dan Pemilik apa yang ada di langit dan bumi, Penggenggam nyawa manusia, Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Tuhan yang amat keras siksa-Nya. Dia-lah Tuhan Jin dan Manusia. Seorang hamba beriman hanya takut kepada-Nya.
- Thama' (penuh harap) kepada Allah atas doa-doa yang dipanjatkan. (QS Al-A'raf/7: 56). Semua makhluk bergantung hidup dan matinya serta jiwa dan raganya kepada Allah. Oleh karena itu jiwa yang penuh harap dan bergantung kepada pertolongan dan rahmat Allah harus senantiasa dijaga dan dipelihara.
- Memahami setiap lafaz yang diucapkan dalam shalat. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan..." (QS An-Nisa`/4: 43)
- Membaca ayat Al-Qur'an dalam shalat dengan tartil. Allah berfirman: "... Dan bacalah Al-Qur`an itu Muhammad (dalam shalat malammu) dengan perlahan-lahan." (QS Al-Muzzammil/73: 4). Bacaan ayat Al-Qur`an dengan tartil akan meresap dihati.
- Menjauhi pengucapan zikir/do'a yang kasar di hadapan Allah. Allah berfirman: "Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah." (QS Al-A'raf/7: 205).
Pengaruh Positif Akhlak kepada Allah terhadap Kehidupan Mahasiswa
Jika adab-adab ini terterapkan di hadapan Allah dengan sebaik-baiknya, maka insya Allah akan baik pulalah adab setiap insan kepada sesama manusia dan lingkungannya. Sebaliknya, jika adab-adab ini terabaikan, maka shalat tidak akan berhasil mencegah seorang muslim dari perbuatan keji dan munkar.
Orang yang telah terbiasa merendah kepada Allah, maka ia akan merendah berjalan di muka bumi Allah ini. Ia akan terjauh dari sikap sombong dan perilaku merusak (fasad). Allah berfirman: "Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu, adalah hamba-hamba yang bila berjalan dimuka bumi dengan rendah hati. Jika orang-orang yang jahil menyapanya mereka (dengan sapaan yang tidak sopan), mereka meresponnya dengan kata-kata damai (selamat)". (QS Al-Furqan/25: 63).
Di luar shalat, amat penting ditekankan agar berupaya menjaga kesucian diri dari dosa-dosa kecil apa lagi dosa besar. Allah SWT tidak mungkin mendengarkan zikir/doa orang yang masih melakukan perbuatan dosa, meskipun ia berzikir/berdoa dengan lembut. Mereka yang tetap dengan dosa-dosa berarti tidak menjaga adab/akhlaknya kepada Allah.
Oleh karena itu, mari lakukan pekerjaan (amal-amal) shalih yang dicintai Allah. Hindari amal perbuatan yang dibenci Allah. Contoh amal perbuatan yang dibenci Allah dalam kehidupan ber-ma'had adalah boros memakai air, buang sampah sembarangan, mengambil yang bukan hak, curang, culas, tidak disiplin, berbohong, ghibah (menggunjing), fitnah, namimah (adu domba), dan sebagainya.
Kata Penutup
Dalam ikhtiar membentuk akhlak (atau karakter) mahasiswa Ma'had Al-Jami'ah, mari kita mulai dari membentuk akhlak mahasiswa kepada Allah. Akhlak kepada Allah dimaksud secara khusus adalah akhlak ketika beribadah kepada-Nya. Berpijak kepada QS Al-Ankabut/29: 45 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jika performance akhlak kepada Allah bersifat luhur, mulia dan terpuji, maka niscaya akan luhur, mulia, dan terpuji pulalah akhlak kepada manusia lain dan lingkungan. Tetapi jika akhlak kepada Allah bersifat buruk, tercela dan nista, maka akan buruk, tercela dan nista pulalah akhlak kepada manusia dan lingkungan. Allahu a'lam.
_______________________
* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar