Selasa, 19 Juli 2022

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU



Pengertian Filsafat

Filsafat (philosophia) berasal dari kata philo dan sophia. Philo artinya cinta atau suka. Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, secara bahasa, filasafat artinya cinta kebijaksanaan atau cinta hikmah (wisdom).

         Sementara para tokoh filasafat mendefinisikan istilah filsafat di antaranya sbb:
Plato, seorang filsuf Yunani Kuno, menyebut filsafat adalah ilmu yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Menurut Plato, kebebaran yang asli adalah kebenaran yang bersumber dari alam idea, bukan kebenaran yang berasal dari tangkapan panca indera. Kebenaran yang diperoleh indra menurutnya adalah tashawwur (abstraksi/gambaran) dari kebenaran yang ada di alam idea. Lebih jauh penjelasan topik ini akan dibahas pada materi "Filsafat dan Paradigma Keilmuan Yunani Kuno."
        Aristoteles  murid Plato, menyebut bahwa filsafat adalah ilmu yang menanyakan sebab asas segala benda. Sebab asas maksudnya adalah sebab dasar atau sebab pokok. Aristoteles berkeyakinan bahwa semua wujud benda ada asal-muasalnya. Jika dicari terus-menerus maka pencarian kita akan sampai kepada asal pertama segala wujud benda yaitu Tuhan. Bagi Aristoteles, Tuhan adalah penggerak pertama (al-muharrik al-awwal). Dengan demikian, Tuhan juga adalah Al-Haqq al-Awwal (Yang Benar Pertama).
        Al-Farabi, filsuf Muslim abad ke 9 M, menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu tentang alam maujud (yang ada) dan menanyakan hakikat sesuatu. Sampai pada masa Al-Farabi, filsafat masih dipahami sebagai ilmu pengetahuan warisan Yunani Kuno yang mempelajari alam maujud. Kajian filsafat tentang alam maujud tidak saja terkait dengan esesnsi dan substansi alam, tetapi juga berkaitan dengan penomena empirik alam semesta. Hanya saja, bagi Al-Farabi, sebagaimana juga filosof sebelumnya, kajian rasional tentang alam maujud tidak cukup berhenti pada penomena empirik, tapi harus menghunjam ke wilayah hakikat atau esensi dan substansi alam dengan bantuan wahyu (al-'ulum al-naqliyyah). Berbeda dengan perkembangan belakangan ---terutama di Barat--- yang memisahkan kajian sains-empirik dengan metafisika, bahkan dengan agama.

        Dalam melihat sesuatu, filsafat membedakan appearance (kenampakan) atau wujud zhahir dan reality (kenyataan) atau wujud batin. Sebagai suatu ilmu, filsafat tidak mempelajari "kenampakan" atau wujud zhahir/lahir dari suatu objek, tapi mempelajari "kenyataan" atau wujud batin suatu objek.

         "Kenampakan" suatu objek menjadi urusan ilmu-ilmu lain di luar filsafat, misalnya sains atau ilmu pengetahuan alam, sosiologi, linguistik, dan sebagainya.

        Biologi, misalnya, mempelajari organ tubuh manusia. Organ tubuh ini sendiri tentu adalah "kenampakan" dari manusia. Sementara kenyataannya tentu terkait dengan hakikatnya, seperti ruh, akal, jiwa dan qalbu.

           Kajian filsafat menyangkut tiga hal pokok, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga hal ini disebut juga cabang filsafat. 

        Ontologi, berasal dari kata ontos + logos. Ontos artinya ada, logos artinya ilmu. Jadi  secara bahasa, ontologi artinya ilmu tentang yang ada, atau ilmu tentang hakikat sesuatu.

        Epistemologi, berasal dari kata episteme + logos. Episteme artinya pengetahuan, logos artinya ilmu. Jadi, secara bahasa, epistemologi artinya ilmu tentang pengetahuan (dapat juga dibaca: ilmu tentang terbentuknya pengetahuan atau teori pengetahuan).

        Aksiologi  berasal dari kata axios + logos. Axios artinya nilai, sementara logos artinya ilmu. Jadi secara bahasa, aksiologi artinya ilmu tentang nilai; atau teori tentang nilai/kegunaan.

            Dengan demikian, filsafat mengkaji teori tentang hakikat yang ada, teori pengetahuan, dan teori nilai/kegunaan. 

            Bagian ini lebih luas akan dibahas pada materi "landasan filosofis pengembangan ilmu."


Pengertian Ilmu

            Ilmu dari kata Arab 'ilm artinya pengetahuan. Dalam perspektif Islam, ilmu itu milik Allah. Pada hakikatnya manusia tidak memiliki ilmu kecuali yang diberikan oleh Allah. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 255 tersebut:

...wala yuhithuna bi syai'in min 'ilmihi illa bima sya'... (dan mereka tidak mengetahui sesuatupun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki). Dalam ayat Al-Quran lainnya disebutkan:

        Wallahu akhrajakum min buthuni ummahatikum la ta'lamuna syai'a wa ja'ala lakum as-sam'a wa al-abshara wa al-af'idah qalilan ma tasykurun (Dan Allah yang melahirkan kamu dari perut ibumu, kamu tidak mengetahui sesuatu pun, lalu Allah menjadikan (mengaktifkan) bagimu pendengaran, penglihatan dan hati. Namun sedikit sekali kalian bersyukur).

           Berdasarkan kutipan wahyu di atas dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya ilmu itu milik Allah dan bersumber darinya. 

            Imam Syafi'i berkata, "Al-'ilmu nurun wa nurullahi la yuhda li 'ashi". (Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak dipancarkan kepada pendosa). 

        Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu itu milik Allah dan bersumber dari-Nya. Untuk mendapatkan ilmu Allah dimaksud, Allah menurunkan ayat qauliyah (wahyu), menciptakan ayat insaniyah/nafsiyah (diri manusia) dan menciptakan ayat kauniyah (alam semesta). Semua ilmu, apakah ilmu-ilmu keagamaan, ilmu-ilmu kemanusiaan (sosial-humaniora) dan ilmu-ilmu kealaman (sains).

        Lalu, apa yang dimaksud dengan sains (ilmu pengetahuan alam)? Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui prosedur penalaran dan penelitian ilmiah. Dengan demikian sains itu adalah ilmu yang tersistem, rasional, objektif dan empirik. 

        Objek sains adalah hal-hal empirik, atau hal-hal indrawi. Sains mempelajari penomena indrawi saja. Di luar itu bukan wilayah sains. Kadang-kadang, untuk mempelajari sesuatu, manusia menggunakan alat bantu indra seperti mikroskop, teleskop, termometer, dan lain-lain. Sehebat apa pun hasil sains, ia hanya membahas penomena indrawi. Jadi sains tidak akan pernah menembus hakikat suatu objek.

        Selain sains ada juga ilmu-ilmu rasional yang termasuk dalam lingkup pengetahuan ilmiah. Misalnya ilmu Fiqh. Ilmu Fiqh adalah hasil penggunaan metode ilmu Fiqh terhadap dalil-dalil Al-Quran dan Sunnah yang berkaitan dengan hukum lahiriyah. Dengan demikian ilmu Fiqh juga tidak masuk ke dalam wilayah hakikat Fiqh itu sendiri. Ilmu Fiqh lebih tepat digolongkan ke dalam sains-keagamaan. Hal mana karena ilmu fiqh sendiri menggunakan prinsip-prinsip logika rasional dalam menyimpulkan.


Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah kajian kefilsafatan tentang ilmu. Atau ilmu dilihat dari kaca mata filsafat. Oleh karena cabang utama filsafat itu adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi, maka ilmu akan dilihat dari tiga perspektif cabang filsafat ini. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat ilmu adalah: 1) Pertanyaan ontologis:  Apa sesungguhnya ilmu itu; Bagaimana hakikatnya. 2) Pertanyaan epistemologis: Bagaimana ilmu diperoleh; Apa sumbernya; Bagaimana prosesnya; Apa syarat-syaratnya; Bagaimana validitasnya. 3) Pertanyaan Aksiologis: Apa tujuan ilmu; Apa nilai atau kegunaan ilmu; Bagaimana ilmu yang sempurna/utuh; Bagaimana etika dan estetika dalam ilmu pengetahuan; Apakah ilmu bebas nilai, dan sebagainya.

        Pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang filsafat ilmu akan mengantarkan seorang terpelajar atau mahasiswa kepada kemampuan dalam memahami bangunan ilmu atau struktur ilmu, bagaimana ilmu terbentuk (mulai dari filosofi, paradigma  teori dan metodologinya); bagaimana ilmu yang utuh (integratif); dan bagaiamana hubungan etika dan ilmu.

        Pengetahuan filsafat keilmuan ini akan sangat membantu mahasiswa dalam memahami struktur keilmuan yang dipelajarinya. Sebagai contoh, mahasiswa yang mempelajari ilmu akhlak akan mengetahui filosofi, paradigma, teori dan metodologi ilmu akhlak yang dipelajarinya. Dengan demikian ia akan memiliki pengetahuan yang utuh dan lengkap tentang ilmu yang dipelajari. Ia akan mengerti sisi-sisi dan seluk beluk keilmuan yang didalaminya.


Ilmu, Filsafat dan Agama

        Di atas telah dijelaskan apa itu ilmu, dan apa filsafat. Jika ilmu dipahami mengkaji yang tampak, filsafat mengkaji hakikat atau realitas (kenyataan), maka agama (wahyu) membahas berbagai aspek keagamaan dan moral serta  membimbing ilmu dan filsafat untuk sampai kepada kebenaran tertinggi, yaitu kebenaran  haqq al-yaqin.

        Kebenaran ilmu (sains) adalah kebenaran tingkat pertama yang disebut dengan 'ain al-yaqin, sementara kebenaran filsafat adalah kebenaran tingkat tengah yang diistilahkan dengan 'ilm al-yaqin. Dan kebenaran agama adalah kebenaran tingkat terakhir. Kebenaran yang tidak ada zhan dan syaqq di dalamnya. Allah menyatakan "la raiba fihi" (tidak ada keraguan di dalamnya). 

Gambar: 
Arahan Rektor UIN Syahada Padangsidimpuan kepada pasukan CS di Auditorium pada 23 Agustus 2022.

Catatan:
Sedikit revisi dan penambahan: 06/03/2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar