ZIKIR SESUDAH SHALAT: KESINAMBUNGAN DAN PENJENJANGAN MAKNA RUHANIAH ZIKIR (Bagian 1)
PROF. SUTRISNO: PROSES KEILMUAN DALAM PENDIDIKAN HARUS KITA MULAI DARI AL-QUR'AN

Dalam hal keagamaan saja, banyak orang yang berangkat dan berpegang ketat kepada world view mazhab, aliran teologi, tradisi keagamaan, filosofi dan sebagainya dalam memahami realitas hidup dan kehidupan. Dampak selanjutnya kesadaran kemanusiaan yang fitrati tidak menyemai kehidupan pendidikan dan kemasyarakatan mereka. Di antara dampak lanjutannya yaitu kita saksikan perilaku kerdil, culas, curang, keji dalam berbagai penomena perilaku sosial individu dan masyarakat. Contoh kecil saja, munculnya tindakan intoleran hanya karena beda pengamalan agama. Jika seperti ini, bagaimana mungkin umat Islam memperoleh world view Qur'ani yang natural yang berasal dari lubuk jernih Al-Quran itu sendiri? Belum lagi dalam masalah pendidikan dan masalah besar umat manusia lainnya.
Ironisnya dalam memahami pendidikan, banyak guru, dosen, ustad yang berangkat dari lubuk filsafat yang ---pada banyak sisi--- malah bertentangan dengan spirit pendidikan Al-Quran. Untuk menyebut contoh, pandangan guru tentang pendidik profesional. Banyak dari mereka ---kalau bukan mayoritas--- punya pemahaman bahwa profesionalisme guru tidak berkaitan dengan suatu kesadaran bahwa mendidik itu salah satu amanat Ilahi (tugas kekhalifahan). Filosofi mereka tentang guru malah filosofi materialisme-pragmatisme. Menurut Sutrisno, hal demikian ini salah satu dampak dari tidak dipahaminya kandungan Al-Quran. Umat Islam ---termasuk para pendidik---rajin menghafal dan membacanya, tapi hafalan dan bacaan itu belum mengayakan jiwa dan pikiran mereka. Dalam bahasa Hadis, bacaan Al-Quran mereka tidak melewati kerongkongan.
Jika guru atau dosen berspirit dan ber-world view Al-Quran, maka selain mereka mendidik secara profesional, mereka juga akan mendidik dengan cinta. Mendidik dengan cinta adalah mendidik dengan sepenuhnya mengikuti panggilan hati (jiwa) yang suci dan murni. Panggilan hati yang suci ini pasti muncul dari kesadaran hati yang ikhlas karena Allah semata. Pendidik yang demikian ini dalam melaksanakan tugas mendidik tidak lagi karena motivasi material atau prestise keduniaan, tapi benar-benar karena panggilan cinta dalam mencerahkan (mencahayai) peserta didik.
Sadar akan keadaan ini, lembaga-lembaga pendidikan Islam mesti mengambil tanggung jawab untuk memahamkan isi kandungan Al-Quran kepada peserta didik mulai dari surah pertama (Al-Fatihah) sampai surah terakhir (An-Nas). Dengan cara demikian diharapkan peserta didik dapat mewarisi pandangan dunia Al-Quran tentang berbagai objek besar dalam hidup dan kehidupan. Allahu a'lam.
Gambar: Saat webinar berlangsung Forum Studi Islam berlangsung 26 Mei 2022.
PROSES-PROSES SOSIOHISTORIS PEMAHAMAN HUKUM AQIQAH
Pemahaman hukum fiqh seorang ulama terhadap suatu objek hukum tidak lepas dari inner perspective (idea primer) yang ada dalam lubuk pikiran yang mendasari proses berpikir hukum. Sebagai contoh:
1. Dalam hadis disebutkan secara terang bahwa aqiqah itu dilaksanakan pada hari ke-7 kelahiran (fi yaumi sabi'ihi), tapi sebagian ulama membolehkan pada hari lainnya bahkan setelah anak berumur lebih dari 2 tahun. Mengapa sebagian ulama dimaksud tidak ketat berpegang kepada makna tekstual hadis, karena inner perspective yang mereka pegangi yaitu: "Yang penting ummat ini menunjukkan ketaatan dalam beragama. Jadi biarlah tidak pada hari ke-7. Mudah-mudahan kesadaran untuk mengamalkan agama semakin tumbuh dalam lubuk jiwa ummat. Karena itu semangat keagamaan ini jangan dimatikan."2. Ada pula yang berpegang kepada makna zhahir (tekstual) hadits. Inner perspective yang diperpegangi yaitu: "Kami cinta kepada Rasulillah Saw, maka kami tak mau menyelisihi ajarannya. Bagi kami ucapan Rasulillah yang shahih itu sama dengan wahyu (wama yanthiqu 'anil hawa, in huwa illa wahyun yuha). Petunjuk hari ke-7 dalam hadits itu pasti yang terbaik dan pasti pula ada rahasia eskatalogisnya."
3. Ada pula yang inner perspective-nya adalah aspek kebahasaan. Ulama pada bagian ini melihat bahwa teks Hadits tentang 'aqiqah menggunakan kata "ghulam" bukan "shabiy" (bayi). Kata "ghulam" (anak) dalam teks hadits (كل غلام رهينة بعقيقته) dapat dimaknai sebagai anak yang berumur 0 - 12 tahun. Oleh karena itu tidak mengapa jika melakukan aqiqah hingga anak berumur 12 tahun.
4. Ulama sufi/tarekat tertentu lebih lapang lagi. Mereka dalam bagian ini berpendapat bahwa aqiqah itu adalah syariat. Sementara yang utama dalam beragama itu adalah wilayah hakikat. Oleh karena itu tidak mengapa meskipun ia sendiri suatu waktu yang mengaqiqahkan dirinya.
Jika yang pertama itu perspektifnya mendidik orang banyak dengan ketaatan dalam beragama, maka yang kedua perspektifnya yaitu ketaatan primordial yang bersifat vertikal. Sementara yang ketiga, perspektif berpikirnya murni kebahasaan dan nyaris berlepas diri dari pertimbangan aspek ketarbiyahan (pendidikan hukum) dan keta'abbudiyahan (ketaatan vertikal). Yang terakhir perspektif berpikirnya murni perspektif sufistik yang nyaris lepas dari syariat.
Demikianlah beberapa himpunan pemahaman. Akhirnya mari kita berfastabiqul khairat dalam beragama.
Allahu a'lam.
PENGUATAN PESANTREN MUHAMMADIYAH DALAM MEMPERSIAPKAN ULAMA DAN MUBALLIGH MUHAMMADIYAH
Assalamu 'alaikum wr wbr.
Yang terhormat para orang tua/wali santri, hadhirin walhadhirah yang dirahmati Allah.
Sebelum sambutan mewakili orang tua santri ini kami sampaikan, izinkan kami sedikit memperkenalkan diri.
Nama saya Anhar Nasution. Orang tua dari Aqsha Ma'arif Az-Zuhriy, santri kelas XII. Ibu dari anak saya ini namanya Nur Azizah, seorang putri minang yang lahir di Medan. Mertua laki-laki berasal dari Padang, suku Tanjung. Sementara mertua perempuan berasal dari Payakumbuh, suku Simabur. Jadi pada tubuh Aqsha Maarif ini juga mengalir darah minang. Saya lahir 50 tahun lalu di Pasaman Barat dari pasangan seorang ayah bermarga Nasution dan ibu bermarga Lubis yang bertempat tinggal di Pasaman Barat. Sejak 1991, pindah ke Padangsidimpuan, Sumut untuk belajar hingga menjadi dosen di IAIN Padangsidimpuan. Di luar kampus, saya aktif sebagai salah seorang wakil ketua pada PDM Kota Padangsidimpuan.
Atas nama orang tua dan wali santri kami mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Muhammadiyah, seluruh majelis guru dan tenaga kependidikan yang telah berjasa dalam mendidik anak-anak kami hingga menyelesaikan pendidikan dengan baik pada Pondok Pesantren yang kita cintai ini.
Kami juga mohon maaf yang tulus kepada Bapak Ibu semua atas segala tindak tanduk anak-anak kami. Begitu pula interaksi kita yang tidak pantas apakah langsung atau tidak langsung.
Terima kasih yang tulus --- meskipun tidak lagi bersama kita di acara ini--- juga kami aturkan kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lima Puluh Kota, Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Lima Puluh Kota dan juga kepada Majelis Dikdasmen PDM Kab. Lima Puluh Kota atas segala binaan, bimbingan dan perhatiannya selama anak-anak kami menimba ilmu di sini. Doa kami semoga Bapak dan Ibu, ustadz-ustadzah diberi Allah ganjaran pahala amal jariyah yang berlipat ganda. Amin ya Rabbal 'alamin.
Sebagai orang tua/wali, kami juga sangat senang dan bangga kepada torehan prestasi dalam bidang akademik, keagamaan, seni dan olah raga yang diraih oleh Ponpes tercinta ini.
Sebagai bagian dari stakeholders Pesantren ini izinkan kami menyampaikan beberapa pesan dan pandangan kami yang kami anggap penting sebagai tanda cinta dan sayang kami kepada pondok ini:
Pesan cinta yang pertama, keberadaan Ponpes ini disamping sebagai lembaga pendidikan Islam juga menjadi benteng pertahanan bagi gerak langkah Muhammadiyah. Oleh karena itu, peran perjuangannya tidak saja dalam mendidik generasi bangsa yang berkepribadian insan kamil, tetapi juga berperan dalam menyiapkan kader ulama dan muballigh Muhammadiyah sebagai pelanjut, pelangsung dan penyempurna dakwah Persyarikatan Muhammadiyah.
Kedua, dengan konsisten melakukan dua peran pokok yang melekat pada pondok pesantren dan madrasah Muhammadiyah ini (peran pendidikan dan peran kaderisasi) maka diharapkan dapat mengatasi kekurangan (untuk tidak mengatakan krisis) ulama dan muballigh Muhammadiyah yang terjadi di berbagai daerah.
Ketiga, menyadari dengan sepenuh hati kekurangan SDM ulama dan muballigh Muhammadiyah ini, maka hemat kami ---sebagai orang tua/wali--- semua pondok pesantren dan madrasah Muhammadiyah, tak terkecuali Pondok Pesantren yang kita banggakan ini harus menguatkan langkah perjuangan pendidikan yaitu:
Poin 2: penguatan tahsin al-Quran dan tahfizh surat dan ayat pilihan. Tujuan pokoknya adalah mereka kompeten menjadi imam shalat dan imam keagamaan lainnya di tengah masyarakat.
Poin 3: penguatan paham keagamaan Muhammadiyah (fiqh hasil-hasil tarjih untuk tingkat Tsanawiyah, sementara untuk siswa/santri Aliyah dapat ditambah dengan manhaj tarjih dan tajdid).
Tiga poin ini, dalam diskusi-diskusi yang saya ikuti merupakan min al-mas'alati ad-dharuriyyah (masalah sangat serius) untuk dikerjakan. Karena taruhannya adalah masa depan dakwah persyarikatan Muhammadiyah.
Terkait aspek manajerial, kita yang bekerja pada lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan pelayanan yang humanis. Dalam berucap dan bergaul dengan semua person di pondok ini, Alquran menuntun kita untuk mengucapkan perkataan yang qaulan karima (perkataan yang mulia), qaulan ma'rufa (perkataan yang baik/sesuai dengan 'urf), qaulan sadida (perkataan yang benar), qaulan baligha (perkataan yang membekas di hati), qaulan layyina dan (perkataan yang lemah lembut). Pengalaman kami di perguruan tinggi, ada sebagian mahasiswa yang mengkampanyekan supaya jangan masuk prodi tertentu, karena layanan disitu katanya buruk. Kata yang berkampanye lagi, sebagian dosennya bersikap sombong (bicaranya kasar, susah dijumpai, dllsb).
Kami melihat, pondok kita ini dipimpin oleh orang-orang muda. Orang-orang muda ini tentu saja masih fresh, sehingga akan lapang dada dan pikirannya dalam menerima berbagai masukan positif, juga kreatif dan cerdas dalam mengelola perubahan.
Kami para orang tua ini menaruh harapan kepada Bapak dan Ibu semuanya, semoga Pondok kita ini tetap semangat berjuang mendidik generasi penerus bangsa dan pelanjut gerakan dakwah Muhammadiyah.
Akhir kata, mewakili orang tua, kami mengucapkan Barakallah lil ma'hadil kautsar al-muhammadiyyah al-ashriyyah yg ke 33. Selamat panjang umur, semoga kiprah lembaga kita ini semakin dirasakan, tidak saja oleh masyarakat Sumbar, tetapi masyarakat di berbagai daerah Sumatera dan nasional. Amin ya mujibas sailin.
Demikian sambutan kami.
Nashrun minallah wa fathun qarib
Wabasysyiril mu'minin
Billahittaufik walhidayah
Wassalamu 'alaikum wr wbr.
DEKAT DENGAN ALLAH: DARI KHUSYUK MENUJU CINTA
Beribadah dengan khusyuk akan membuat hamba dekat dengan Allah. Allah pun dekat kepada hamba-Nya. Saling dekat ini pun selanjutnya akan membuahkan cinta antara Tuhan dengan hamba. Orang beriman cintanya sangat dalam kepada Allah (alladzina amanu asyaddu hubban lillah), sebaliknya Allah pun mencintai mereka melebihi cinta manusia kepada-Nya. Kedekatan ini adalah kelanjutan dari saling ingat antara hamba dengan Tuhan. Allah SWT memberi penegasan bahwa jika hamba mengingat Tuhan-nya maka Tuhan-pun akan mengingatnya, dan ingat Allah kepada hamba-Nya tentu saja jauh melebihi ingat yang dipersembahkan seorang hamba kepada-Nya. Fadzkuruni adzkurkum wasykuruli wala takfurun (Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku mengingat kalian, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan jangan kalin kufur (engkar)- QS Al-Baqarah/2: 152).
Khusyuk dalam shalat akan melatih dan mendidik diri untuk rendah hati, berucap/bertutur lembut, takut dan penuh harap kepada Allah. Jika suasana hati dan kepribadian yang demikian ini telah terbangun dan ikhlas dipersembahkan kepada Allah, maka Allah SWT akan semakin dekat pula kepada hamba dimaksud, menerima tobatnya dan mencurahkan kasih sayang kepadanya. Mari kita ingat salah satu hadis Qudsi, Allah berfirman, "Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya selama dia mengingat-Ku. Demi Allah, sungguh Allah lebih bahagia dengan tobat hamba-Nya dari pada salah seorang dari kalian menemukan barangnya yang hilang di padang pasir. Barang siapa mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa. Jika ia mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari." (HR Muslim).
Sejalan maknanya dengan hadis Qudsi di atas, Allah berfirman, "Jika hamba-hamba-Ku itu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia berdoa kepada-Ku. Karena itu, hendaklah ia memenuhi kewajibannya kepada-Ku dan beriman kepada-Ku. Mudah-mudahan mereka memperoleh petunjuk." (QS Al-Baqarah: 186).
Kelanjutan dari saling dekat, tentu saja saling cinta. Penegasan tentang saling cinta itu sebagaimana firman Allah berikut:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَا تَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran: 31)
Khusyuk adalah jalan untuk sampai kepada cinta. Jika seorang hamba beribadah karena cinta, maka dengan sendirinya ia telah mendapatkan buah tertinggi dari khusyuk. Dalam tradisi para 'arifin (orang-orang yang telah sampai kepada pengetahuan spiritual tertinggi), cinta ini adalah suatu keadaan khusus atau maqam (posisi spiritual) dalam hubungan dengan Allah (hablun minallah). Dalam salah satu hadits, 'A'isyah r.a., pernah menggambarkan bahwa Rasulullah dalam suatu malam tidak bersamanya, meskipun secara fisik, beliau ada di samping 'A'isyah sendiri. Alasan 'A'isyah mengatakan demikian karena saat Tahajjud tersebut Rasulullah tidak sadar bahwa 'A'syah telah menyentuh kaki beliau. Dapat dipahami bahwa Rasulullah ketika itu berada dalam puncak spiritual saat bermunajat dalam Tahajjudnya sehingga beliau berpisah dengan kesadaran duniawinya. Pengalaman khalifah Ali bin Abi Thalib r.a., lain lagi. Beliau meminta sahabat lain mencabut pedang yang menusuk tubuhnya saat beliau shalat, yaitu saat munajat beliau telah menaikkan jiwanya ke maqam spiritual tertinggi. Di maqam ini beliau juga telah berpisah dengan kesasaran duniawinya dan yang mewujud adalah kesadaran spiritualnya yang indah.
Seseorang yang beribadah dengan cinta, maka ia datang kepada Allah dan melakukan semua perintah Allah tidak lagi karena takut siksa neraka, tetapi karena suka cita menghambakan diri kepada Dzat yang paling pantas untuk dicinta.
Sebenarnya, maqam (posisi) khusyuk baru berada pada posisi taqarrub yang masih memiliki jarak, yaitu seolah seperti posisi rakyat ketika menghadap sultan yang penyayang terhadap rakyat. Sementara posisi cinta (hubb) adalah posisi dua subjek yang sama-sama mencintai. Balas cinta dari Allah tentu tidak terukir dengan tinta dan terbayangkan oleh pikiran manusia. Allah berfirman:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّاۤ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍ ۚ جَزَآءً بِۢمَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 17).
Seorang hamba yang shalat dengan cinta, maka ia akan merasakan bahwa semua bacaan zikir dan doa dalam shalat sebagai ucapan cinta. Dengan demikian ia akan menikmati perasaan hati yang damai, nyaman, tenang dan senang pada setiap mengucapkan untaian bacaan pada semua gerakan shalat.
Jika seorang hamba berhasil mempertahankan kondisi shalat dengan cinta ini, maka hatinya akan selalu rindu dalam menunggu waktu-waktu shalat. Allahu a'lam.
Gambar:
Mesjid Raya Islamic Centre Rokan Hulu Riau.
MODERASI BERAGAMA: KUNCI TOLERANSI DAN KERUKUNAN
KHUTBAH IDUL FITHRI: PUASA MEMBANGUN PRIBADI MUTTAQIN
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )
فقال الله تعالى في كتابه لكريم
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
ثم قال النبي صلى الله عليه و سلم
عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخارى و مسلم)
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin, jama’ah shalat ‘Idul Fithri yang dimuliakan Allah.
Segala puji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan kasih-sayang Allah yang tiada berhingga, kita telah dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan sempurna, dan pada pagi hari yang cerah ini kita berkumpul membesarkan dan mengagungkan asma’ Allah.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita yang mulia Muhammad Rasulullah Saw, keluarganya dan para sahabatnya. Beliau telah menuntun dan membimbing hidup kita, sehingga insya Allah, kita semua hidup dalam cahaya iman dan Islam yang diridai Allah SWT.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin yang dirahmati Allah.
Orang-orang yang telah berpuasa karena iman dan penuh perhitungan (ihtisab) pantas bergembira pada hari ini. Mengapa demikian? Karena mereka telah menang melawan hawa nafsu. Allah berjanji mengampuni dosa-dosa mereka. Dosa-dosa kita sangatlah banyak. Ada yang terang-terangan dan ada yang tersembunyi. Kalau bukan karena rahmat dan maghfirah Allah, maka kita akan termasuk golongan yang celaka di akhirat.
Hal lain yang membuat orang telah berpuasa itu bergembira, karena di akhirat nanti, mereka akan menjadi tamu istimewa Allah. Mereka kelak akan dipersilakan Allah masuk surga melalui pintu khusus yang dinamakan ar-Rayyân. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, (sebagaimana telah Khatib bacakan) Rasulullah bersabda yang artinya:
Dari Sahal radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda: "Dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyân ¾ artinya basah-melimpah, yang pada hari qiyamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu itu kecuali para shâimun (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka, “Mana para shâimun? Maka para shâimun berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut". (HR Bukhari dan Muslim).
Kita bermohon kepada Allah semoga kita termasuk hamba-Nya yang akan masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan dan menjauhkan kita dari bernasib buruk di akhirat.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hamba-hamba Allah yang berbahagia.
Hari akhirat adalah hari-hari kita yang sesungguhnya. Dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Di akhirat masing-masing kita akan dihadapkan kepada apa-apa yang telah kita lakukan, apa-apa yang kita sia-siakan, dan begitu juga amal salah dan buruk yang kita lakukan. Selanjutnya masing-masing kita berhadapan dengan mizan (timbangan amal) untuk selanjutnya kita menerima ganjaran perbuatan selama hidup di dunia.
Amat penting untuk kita sadari, sebanyak apa pun amal kebaikan yang kita perbuat, sesungguhnya tidak akan dapat membalas nikmat dan kasih sayang Allah yang kita terima sejak di alam kandungan hingga ajal tiba. Oleh karena itu, kalau bukan rahmat dan ampunan Allah Yang Maha Luas, kita tidak mungkin mendapatkan surga-Nya. Itulah sebabnya, kita memohon ampun kepada Allah di setiap shalat dan zikir kita. Saat rukuk dan sujud, kita misalnya berdoa Subhanakallahumma Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli (Maha Suci Engka wahai Tuhan kami dan segala puji bagi-Mu, ya Allah ampunilah kami).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Jama’ah shalat Id yang berbahagia...
Hari Kiamat adalah bencana dan huru hara sangat besar. Allah berfirman dalam surat An-Nazi’at ayat 34-41:
فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى
يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى. وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى فَأَمَّا مَنْ طَغَى. وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya:
34. Maka apabila malapetaka besar (hari Kiamat) telah datang.
35. yaitu pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
36. dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
37. Maka adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sungguh nerakalah tempat tinggalnya.
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hafa nafsunya,
41. maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).
Pada ayat yang lain, Allah menegaskan:
22. Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu hari ini sangat tajam.
23. Dan (malaikat) yang menyertainya berkata, “Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku.”
24. (Allah berfirman), “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam Neraka Jahannam semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala.
25. yang sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas dan bersikap ragu-ragu,
26. yang menyekutukan Allah dengan tuhan lain, maka lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.” (Qur`an Surat Qaf ayat 22-26)
Jama’ah sekalian, pada hari ketika manusia ditunjukkan catatan perbuatan, maka jika manusia mendapat catatan buruk, maka ia ingin supaya dapat menebus kebebasannya dari siksa neraka atau dikembalikan lagi ke dunia agar ia mentaati Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman yang artinya sbb:
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.”
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). Dia berfirman, “Bukankah (kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab, “Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Dia berfirman, “Rasakanlah azab ini, karena kamu dahulu mengingkarinya.” (QS Al-An’am/6: 27 dan 30).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin jama’ah shalat ‘Id yang dirahmati Allah.
Ibadah puasa akan membentuk kepribadian kita menjadi insan yang bertakwa. Pribadi yang bertakwa adalah pribadi yang mampu memelihara diri dari segala hal yang merusak ketaatan kepada Allah. Suatu pribadi yang seimbang, dengan emosi yang stabil. Ia memiliki mekanisme pertahanan diri yang kokoh. Inilah insan yang memiliki integritas (kekokohan) kepribadian.
Integritas (keutuhan, kekokohan) kepribadian seorang hamba yang beriman ditunjukkannya dengan kestabilan jiwanya ketika dicaci, dimaki atau dikhianati. Ia mampu menahan gejolak emosi dan hawa nafsu yang dapat mengancam kepribadiannya. Dampaknya, ia memiliki sikap arif, bijak dan pemaaf. Ia sabar dalam masa-masa lapang dan sempit dan bahkan pada kondisi-kondisi yang paling sulit sekalipun, misalnya masa perang. Ia berhati pemurah, terutama dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia selalu memegang teguh janji, jika ia berjanji, ia selalu menjaga amanah jika diberi amanah, ia selalu jujur dan tak pernah berdusta, dan sebagainya. Inilah di antara ciri khas kepribadian orang yang benar (shadiq) dan yang bertakwa, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 177.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin, hamba-hamba Allah yang berbahagia.
Hakikat ibadah puasa adalah pengendalian hawa nafsu. Selama berpuasa, hawa nafsu kita kekang dengan cara tidak makan dan minum, menghindari perbuatan keji (rafats), menghindari perilaku bodoh (jahil). Kita juga menghindar dari pergunjingan, perkelahian dan caci-maki. Kalau ada orang memancing kita untuk bertindak jahil, caci maki atau berkelahi, maka kita menolak dan menghindar. Kita katakan dengan tegas kepada orang itu bahwa kita sedang beribadah puasa.
Di sisi lain, kita memperbanyak ibadah seperti qiyamu ramadhan (shalat Tarwih), tadarus Al-Qur`an, memperbanyak infak dan shadaqah, bahkan ada yang i’tikaf di masjid. Pada bulan yang penuh berkah itu, kita juga meningkatkan kepedulian kepada anak yatim dan fakir-miskin. Kita menutup amal kebaikan Ramadhan dengan menunaikan zakatul fithri (zakat fitrah).
Dengan amal perbuatan yang demikian, maka sesungguhnya kita telah menjadikan ruh kita memimpin jasad kita. Secara hakiki, kita pun sedang berupaya mendaki untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Dengan demikian, martabat kita akan naik di sisi Allah SWT. Oleh karena kita beriman dan senantiasa meningkatkan ketakwaan, maka Allah SWT pun menyebut bahwa Dia dekat kepada hamba-hamba-Nya. Dan Dia akan mengabulkan do’a hamba-Nya, jika hamba itu berdo’a kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqarah ayat 186).
Bahkan Allah SWT menyebut hamba yang demikian sebagai wali-Nya. Allah berfirman:
اَ لَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَا نُوْا يَتَّقُوْنَ
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa." (QS Yunus ayat 62-63).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Di akhir khutbah ini, khatib mengajak kita semua untuk mempererat silaturrahim (tali kasih-sayang) sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw dan para sahabat. Suatu bentuk kasih-sayang yang tulus dan indah sebagaimana kasih sayang orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tuanya, sesama karib kerabat, yang tua kepada yang muda, sebaliknya yang muda kepada yang tua. Begitu juga kita harus mempererat kasih sayang kepada saudara-saudara kita yang yatim, fakir dan miskin. Berkasih-sayang di antara kita adalah salah satu ciri khas ummat Muhammad Saw. Dalam surat al-Fath ayat 29 Allah berfirman:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّا رِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ ۖ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِ نْجِيْلِ ۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَـهٗ فَاٰ زَرَهٗ فَا سْتَغْلَظَ فَا سْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّا عَ لِيَـغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّا رَ ۗ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath 48: Ayat 29)
Hal lain, kita perlu membiasakan tradisi sahabat ketika mereka bertemu pada hari Raya untuk saling mendoakan. Dalam Fiqh as-Sunnah disebutkan: Jubeir bin Nafir berkata, “Apa bila sahabat-sahabat Rasulullah Saw bertemu pada hari Raya, maka mereka saling mengucapkan: “Taqabbalallahu minna wa minkum”. (Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kamu).
Di samping itu, sudah menjadi kebiasaan baik kita di hari yang fithri ini untuk saling bermaafan, membuka pintu hati seluas-luasnya untuk memaafkan saudara-saudara kita. Suatu perasaan maaf yang tulus-ikhlas yang lahir dari lubuk hati yang suci.
Mari kita ingat pesan suci Nabi kita:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَقَالَ عَثْرَةً أَقَالَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat." (H.R. Ahmad No. 7122)
Sembari saling bermaafan, kita memohon kepada Allah, semoga ibadah puasa kita berterima di sisi-Nya. Kekurangsempurnaan ibadah puasa kita semoga dapat ditutupi oleh zakat fitrah yang kita tunaikan. Semoga pula Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun-tahun yang akan datang.
_____Allahumma ya Rabbana Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, inilah kami hamba-hamba-Mu yang bergelimang salah dan dosa, bukakan pintu tobat untuk kami, ampuni dosa-dosa kami ya Rabb dan maafkan segala kesalahan kami. Terima amal ibadah kami yang tidak seberapa. Lindungi kami pada hari tiada tempat berlindung selain perlindungan-Mu. Jauhkan kami dari siksa neraka-Mu.
______Ya Rabbana, kami sadar bahwa kami belum pantas menjadi penghuni surga-Mu, tapi kami juga sangat takut akan siksa neraka-Mu. Oleh karena itu ya Rabb, terimalah kami saat Engkau panggil kami menghadap-Mu bagaimana pun keadaan kami.
_______Ya Rabbana, sabda Nabi-Mu bahwa ayah-bunda kami adalah pintu-pintu yang paling tengah dari pintu-pintu surga-Mu. Tapi ya Rabb, dalam kebodohan kami, sering kali kami tidak sadar bahwa perkataan, tingkah laku, dan sikap kami yang kasar kepada mereka dapat menghalangi kami memasuki pintu surga-Mu. Oleh karena itu Ya Rahim, ampuni segala kesalahan dan keburukan akhlak kami kepada ayah bunda kami, curahkan kasih-sayan-Mu kepada mereka sebagaimana mereka menyayangi kami waktu kecil.
_____ Rabbanā la tuakhiznā innasīnā au akhtha`nā, Rabbanā walā tahmil ‘alainā ishran kamā hamaltahu ‘alalladzīna min qablina, Rabbanā walā tuhammilnā mā lā thāqata lanā bih, wa’fu ‘annā waghfirlanā warhamnā, anta maulāna fanshurnā ‘alal qaumil kāfirin.
______ Rabbanā zhalamnā anfusanā, wa inlam taghfirlanā watarhamnā lanakūnanna minal khāsirīn.
ربنا أتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
والحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Gambar: 12 April 2022, Bunga Kamboja depan rumah di Padangsidempuan sedang mekar
DAKWAH KEMANUSIAAN SEMESTA: PESAN MILAD AISYIYAH 107 TAHUN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن ولهه Yth., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah S...

-
Ontologi ---> Apa objek yang akan dikaji/diteliti Epistemologi ---> Bagaimana mengkaji/menelitinya Aksiologi ---> Apa nilai atau ...
-
Ungkapan “ilmu itu cahaya” ( al-‘ilmu nur ) adalah ungkapan yang populer dari Imam Asy-Syafi’i. Selengkapnya beliau berkata, “ Al-‘ilmu nu...
-
Pengertian Filsafat Filsafat ( philosophia ) berasal dari kata philo dan sophia . Philo artinya cinta atau suka. Sophia artinya kebijaksa...