DAKWAH KEMANUSIAAN SEMESTA: PESAN MILAD AISYIYAH 107 TAHUN







السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
 الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن ولهه 
Yth., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara, Ibu Dr. Nurrahma Amini, M.A., bersama rombongan.
Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kota Padangsidimpuan (selanjutnya disingkat: Psp).
Ibu Kadis PPA Kota Psp.
Ibu Pengurus GOW Kota Psp.
Rektor UMTS, diwakili Ibu WR 2, Ibu Syamsidar.
Teman-teman Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Psp., bersama saya ada Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
Ketua Pimpinan DaerahAisyiyah Kota Psp., dan seluruh anggota pimpinan serta pengurus Majelis dan Lembaga
PCA, PCM, PRA, PRM se Kota Padangsidimpuan
Pimpinan Organisasi Otonom
Hadirin ibu-ibu Aisyiyah yang berbahagia.

Pertama, Tahniyah dari kami PDM Kota Psp atas Milad Aisyiyah ke-107 Tahun, bilkhusus kepada Aisyiyah Kota Padangsidimpuan. Ibu-ibu Aisyiyah ini orang-orang hebat. Buktinya dapat mengurusi urusan privat/rumah dan domestik (ummat-masyarakat) secara bersamaan. Saya menduga, mayoritas laki-laki tidak akan sanggup melakukan peran privat sekaligus peran domistik yang sangat berat ini. Kami kaum Bapak salut kepada Ibu-ibu semuanya.

Sebagai ucapan bangga kami, berikut sebait puisi buat seluruh ibu Aisyiyah yang hadir dan yang di rumah:

Gembira hati di Hari Raya Fitri, 
Sambil makan lemang atau ketupat
Ibu-ibu Aisyiyah yang baik hati, 
Orangnya hebat-hebat

Hadirin wal hadirat yang dirahmati Allah.

Dasar Al-Quran untuk dakwah kemanusiaan universal, di antaranya firman Allah berikut:

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107).*

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَآ فَّةً لِّلنَّا سِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَعْلَمُوْنَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba' 34: Ayat 28)*

Dakwah kemanusiaan adalah dakwah yang melintas batas. Aisyiyah tidak berdakwah dalam batas-batas yang bertembok mazhab, aliran keagamaan, kultur, bahkan wilayah. Dakwah kemanusiaan ini adalah pemikiran yang "keren" dan berkemajuan. 

Dengan demikian, Aisyiyah sebagai organisasi otonom khusus dalam Muhammadiyah mengambil peran mendakwahkan nilai-nilai universal Islam kepada umat manusia di muka bumi ini.

Di antara nilai kemanusiaan universal yang urgen untuk terus didakwahkan adalah penjagaan lingkungan yang sehat, menjaga hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya, menjaga kehidupan sosial-plural yang harmoni, membangun kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik, membangun kehidupan sosial yang adil untuk semua, dan sebagainya.

Sesungguhnya dakwah kemanusiaan universal (DKU) inilah yang disebut dengan dakwah berdimensi rahmatan lil 'alamin itu. Oleh karena itu, DKU ini adalah grand concept dakwah Islam. Dari sini turun atau dirinci menjadi konsep dakwah lokal dan praktis.

Berdasarkan kerangka pikir demikian, maka konsep dan pemikiran dakwah lokal mesti merupakan cerminan dakwah kemanusiaan universal.

Di sisi lain, dengan memposisikan DKU sebagai grand concept atau grand theory, maka kita dapat menilai konsep dan pemikiran dakwah lokal kita selama ini. Jika konsep dan pemikiran dakwah lokal yang kita miliki bertentangan dengan nilai-nilai DKU, maka dapat disimpulkan bahwa ada yang salah dalam konsep dan pemikiran dakwah yang kita bangun.

Dengan perspekftif DKU, maka PD Aisyiyah dapat bekerja sama dengan golongan Islam mana pun, bahkan dengan golongan yang berbeda agama. Dalam kehidupan masyarakat lokal Padangsidimpuan, kita menunggu kerja sama erat PD Aisyiyah dan PC Muslimat NU serta PC Muslimat Al-Washliyah, serta ormas perempuan lainnya untuk melakukan aksi-aksi bersama dalam dakwah kemanusiaan universal dalam lingkup Kota Padangsidimpuan.

Demikian sambutan singkat ini, sekali lagi kamu mengucapkan "Selamat Milad Aisyiyah ke 107 Tahun. Semoga peran-peran kemanusiaan universal Aisyiyah makin dirasakan manfaatnya oleh oleh berbagai kalangan."

Nashrun minallah wa fathun qarib.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

_______________

* Via Al-Qur'an Indonesia https://quranformobile.com/get/id

Gambar:
Milad Aisyiyah ke 107 Tahun, diselenggarakan oleh PD Aisyiyah Kota Padangsidimpuan, 26 Mei 2024 di Lap. Olah Raga Univ. Muhammadiyah Tapanuli Selatan.


RENDAH HATI (TADHARRU') KEPADA ALLAH SAAT BERIBADAH MENISCAYAKAN LAHIRNYA SIKAP RENDAH HATI KEPADA SESAMA MANUSIA




Dalam beberapa artikel yang terkait dengan pembahasan shalat khusyuk yang dipublis di blog ini, penulis mengutip firman Allah yang berisi pesan bahwa salah satu sikap batin yang amat penting dalam beribadah adalah sikap rendah hati atau merendahkan diri (tadharru') di hadapan Allah. Kata tadharru'  (dalam Al-Quran tertulis: تضرعا) dan yang se akar kata dengannya setidaknya terulang sebanyak 6x (enam kali), yaitu 3x dengan kata تضرعا yang dapat dilihat pada surat Al-An'am/6:63; Al-A'raf/7:55; dan Al-A'raf/7:205, dan 1x dengan kata tadharra'u (تضرعوا) yang ditemukan pada surat Al-An'am/6:43, dan 2x dengan kata yatadharra'un (يتضرعون) yang terdapat pada Al-An'am/6:42 dan Al-Mu'minun/23:76.
    Tadharru' bermakna merendahkan diri dan bersungguh-sungguh dalam berdoa dan dalam menyampaikan pengharapan (https://tafsir.net/ article/5145/flwla-idh-ja-ahm-b-asna-tdr-r-wa#:). Tadharru' adalah sikap batin yang lahir sebagai bentuk pemasrahan, ketundukan dan penyerahan diri yang ikhlas seorang Muslim kepada sang Khaliq, Allah SWT. Tadharru' dengan demikian menafikan sifat khuyala` (sombong atau egoisme) yang bersarang dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan seorang hamba saat beribadah.
    Mushalliy (orang yang mendirikan shalat) tidak akan berhasil mendirikannya dengan baik jika sikap tadharru' tidak muncul saat beribadah kepada Allah SWT.
   Sikap tadharru' senafas dengan sikap khufyah (bersuara yang lembut) saat melafazkan zikir atau do'a dalam shalat. Atau dapat juga dinyatakan bahwa tadharru' meniscayakan lahirnya sikap khufyah. Tidaklah dinamakan tadharru' jika pengucapan dzikir atau do'a dalam shalat dilakukan dengan cara yang kasar. Tadharru' mesti lahir di hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan dalam ibadah yang dilakukan.
       Sikap tadharru' akan mengaktual dengan sempurna jika qalbu benar-benar hadir di sepanjang shalat. Qalbu yang hadir adalah qalbu yang merasakan, menyadari, dan menghayati "bacaan" dan gerakan shalat. Qalbu yang demikian inilah yang disebut sebagai qalbu yang ingat kepada Allah.

    Riyadhah dan mujahadah yang terus-menerus ---yang setidaknya 17 rakaat sehari semalam--- untuk meningkatkan tadharru' di hadapan Allah, maka buahnya adalah akhlak mulia berupa sikap rendah hati kepada sesama manusia dan kepada makhluk Allah lainnya. Sikap rendah hati ini selanjutnya akan melahirkan sikap-sikap mulia lainnya seperti sikap lutf (lemah-lembut), rahmah (sayang), hubb (cinta), dan sebagainya. Sebaliknya dapat dinyatakan bahwa seorang mushalliy yang selalu shalat setiap waktu, namun tidak rendah hati di muka bumi Tuhan ini, maka sangat mungkin ia tidak tadharru' (rendah hati) ketika beribadah kepada Allah. Dalam konteks demikian ini dapat dipahami dengan baik mengapa Allah SWT mengatakan bahwa 'ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) adalah hamba yang jika mereka berjalan di muka bumi, mereka berjalan dengan rendah hati. Apa bila orang-orang jahil usil kepada mereka, mereka meresponnya dengan respon yang salam (damai, baik, menentramkan).
Allah SWT berfirman:

وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا
Artinya:
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 63)*

Lebih dari sekedar shalat fardhu yang khusyuk, 'ibadurrahman dimaksud juga menjadikan malam-malamnya yang sunyi untuk tunduk sujud dan berdiri  (shalat tahajjud) menghadap Allah SWT.
Allah berfirman:

وَا لَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَا مًا
"dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 64)

__________________

* Via Al-Qur'an Indonesia https: //quranformobile.com/get/id

Gambar:
Atas: Bersama Mudir Ponpes Adlaniyah, Tapus, Ujunggading, Pasaman Barat saat malam takziah atas wafatnya Brigjend. Purn. Drs. H.A. Nazri Adlani (pernah Sekjen MUI Pusat dan Rektor IAIN SU).
Bawah: Prof. Haidar dan Dr. Erawadi pada momen yang sama dengan di atas.
    

ISTIGHFARLAH YANG SUNGGUH DI AKHIR IBADAH SHALATMU


Allah berfirman (terjemahnya), "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus" (QS Yasin/36: 60-61).
*******

    Ibadah shalat tampak dari luar sebagai ibadah yang mudah menegakkannya. Namun bagi seorang hamba yang terus melatih diri (riyadhah) dan berupaya bersungguh-sungguh (mujahadah) untuk khusyuk dan taqarrub kepada Allah, maka ia akan menyadari bahwa ibadah shalat bukanlah ibadah yang enteng dan ringan mengerjakannya. Menegakkan ibadah shalat memerlukan kesabaran, kesungguhan, dan ketekunan. Rintangan sekaligus tantangan terbesar adalah bagaimana agar seorang hamba selamat dari bahaya lalai (ghaflah) yang jadi perangkap setan di sepanjang shalat. Jika ia selamat, maka ia telah berhasil mendirikan (menegakkan) shalat. Jika terperangkap oleh bisikan/bujuk rayu setan, maka  ibadah shalatnya tidak akan tegak dengan baik, bahkan dapat runtuh hingga tak bernilai sama sekali.

Was-was atau Bisikan/Godaan Setan Sangat Nyata
    Allah berfirman (terjemahnya), "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus" (QS Yasin/36: 60-61). Tidak ada orang yang lepas dari was-was atau bisikan, dan godaan setan. Bahkan saat seorang hamba menghambakan dirinya kepada Allah dalam ibadah shalat, setan bekerja dengan kesungguhan membisikkan (menginspirasikan) berbagai hal  hingga kelalaian (ghaflah) menutup mata batin kesadaran qalbu seorang hamba dari mengingat Allah (dzikrullah). Sebegitu canggihnya setan bekerja, sehingga kita pun tanpa menyadari, setan telah mentransmisikan dengan halusnya berbagai hal ke dalam relung kesadaran kita. Di antara dampaknya, misalnya suatu yang telah lama terlupakan pun dapat muncul seketika dalam ingatan kita. Jika kita tidak segera mengendalikan was-was atau godaan setan yang berusaha menguasai qalbu dan pikiran, maka setan akan terus bekerja "membunga-bungai" kesadaran kita hingga makin menjadi-jadi sampai kesadaran akan kekudusan penghambaan kita berhasil diambil alih oleh setan yang terkutuk.  Jika hamba yang shalat telah berada dalam pengendalian setan, maka hamba yang demikian dapat saja tidak selamat dalam meniti jalan dzikir kepada Allah sepanjang shalatnya.

Istighfar-lah dengan Sungguh di Akhir Shalatmu
    Oleh karena itu istighfar-lah dengan penuh kesungguhan di akhir shalatmu, yakni istighfar dengan tadharru' (rendah hati), khufyah (suara yang lembut), dan khauf' (hati yang takut) dengan mengucapkan: استغفر الله، استغفر الله، استغفر الله "Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah."1) Hunjamkanlah makna istighfar itu dalam qalbu-mu ketika memohonkan ampunan-Nya terhadap kelalaian yang menimpamu saat shalat. Istighfar ini sekaligus permohonan ampun kita atas keterlanjuran menuruti bisikan atau was-was setan. Boleh jadi kelalaian (ghaflah) terjadi sepanjang shalat atau pada momen-momen tertentu dalam shalat, misalnya saat membaca do'a ifititah, saat al-Fatihah, saat rukuk, saat i'tidal, dan lainnya. Semoga dengan istighfar itu Allah SWT mengampuni kesalahan dan menerima shalat kita. Jangan lupakan pesan Nabi Saw., bahwa bagian hamba dari shalat itu hanya apa yang diingatnya. Bagian hamba dari shalat dimaksud bisa separohnya, atau sepertiganya, atau malah hanya seperempatnya. Dan paling celaka, bisa juga tak ada bagian sama sekali. Mereka yang celaka dengan shalatnya adalah mereka yang lalai dari dzikrullah sepanjang shalat. Biasanya yang terakhir ini terjadi pada shalat orang-orang munafik, yakni orang yang berpura-pura shalat.

Setelah Istighfar Ucapkanlah Allahumma Antas Salam
    Selanjutnya, ucapkanlah doa: اللهم انت السلام ومنك السلام تباركت ياذا الجلال والاكرام "Allahumma antas salam, wa minkas salam, tabarakta ya dzal jalali wal ikram".2) (Artinya: Wahai Allah, Engkaulah As-Salam [keselamatan, kedamaian], dari-Mu as-salam [keselamatan, kedamaian]. Maha Mulia Engkau wahai pemilik kemuliaan). Rahmat as-salam ini adalah di antara rahmat yang amat besar yang dimohonkan melalui untaian doa seorang mushalliy (orang yang shalat) dalam setiap membaca Tahiyyat atau Tasyahhud, yaitu: Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis shalihin (Semoga as-salam terlimpah kepada kami dan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih). Doa ini diucapkan dalam munajat Tahiyyat setelah seorang mushalliy lebih dulu bermohon agar as-salam tercurah kepada Nabi Saw.: Assalamu 'alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh (Semoga as-salam tercurah kepadamu wahai Nabi dan begitu juga rahmat Allah serta berkah-Nya).
    Ketika mengucapkan dzikir "Allahumma antas salam..." ini sadarilah bahwa as-salam yang kita cari dalam shalat hanya bersumber dari Allah, karena memang dalam namanyalah ada as-salam dan Dia-lah pemilik as-salam. Jika Allah menurunkan as-salam ke dalam qalbu, maka setan tidak akan berhasil memasukkan was-was atau bisikan buruk ke dalam qalbu seorang Muslim. Setan pun akan gagal membelokkan qalbu seorang hamba dari shirat al-mustaqim (jalan lurus pendakian ruhaniah).
     Jika Allah berkehendak memberi rahmat as-salam kepada hamba-Nya, maka tidak ada yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, tidak ada yang dapat memberinya jika Allah menolaknya. Dan tidak berguna bagi orang yang memiliki kemuliaan akan kemuliaannya, kecuali kemuliaan dari Allah. Demikian inilah di antara makna yang dapat ditangkap dzikir lanjutan Allahumma antassalam... yaitu: اللهم لامانع لمااعطيت ولامعطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجد "Allahumma la mani'a lima a'thaita wala mu'thiya lima mana'ta, wala yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu".

Istiqomah Mengingat Allah Sepanjang Shalat Membutuhkan Perjuangan (Mujahadah)
    Oleh karena itu jangan lupa selalu bermohon kepada Allah SWT agar Allah membantu kita dalam mengingat-Nya, dalam bersyukur kepada-Nya, dan dalam menyempurnakan ibadah kepada-Nya dengan mengucapkan: اللهم اعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك "Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik."3) Tanpa bantuan dari Allah, kita tidak mampu berlepas diri dari perangkap setan yang memunculkan kelalaian dalam mengingat-Nya. Begitu juga, tanpa bantuan-Nya, kita bisa lalai dari syukur atas segala nikmat dan pemberian-Nya, termasuk syukur atas nikmat khusyuk yang diturunkan Allah ke dalam qalbu. Kita juga tidak mungkin mencapai kesempurnaan ibadah tanpa bantuan dan pertolongan Allah.

Lanjutkanlah dengan Dzikir Lainnya
Masih banyak dzikir yang diwariskan oleh Rasulullah Saw., yang berfungsi menguatkan riyadhah dan mujahadah dalam ber-taqarrub kepada Allah. Zikir-zikir dimaksud dapat kita baca setiap selesai shalat. Misalnya ayat Qursiy,4) Mu'awwidzat,5) tasbih 33x, tahmid 33x, dan takbir 33x yang disempurnakan dengan ucapan: لا اله الا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلى شيء قدير "La ilaha illallah wahdahu la syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai`in qadir" (Artinya: Tiada tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan/kerajaan dan pujian. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),6) serta dzikir lainnya. Allahu a'lam.

_____________________ 
Catatan Kaki:
1) Teks dzikir di atas dikutip dari buku: Tuntunan Dzikir dan Do'a Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Cet. 2, 2004, h. 39.
2) Ibid., h. 40-42.
3) Ibid., h. 52-53.
4) Ibid., h. 50-52
5) Ibid., h. 56-59.
6) Ibid., h. 53-55.

Gambar:
Aksi Bela Palestina di Univ. Muhammadiyah Tap. Selatan, 07 Mei 2024 yang diinisiasi oleh Forum Rektor Univ. Muhammadiyah se Indonesia dan Maj. Dikdasmen dan PNF Pimp. Pusat Muhammadiyah.

DAKWAH KEMANUSIAAN SEMESTA: PESAN MILAD AISYIYAH 107 TAHUN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته   الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن ولهه  Yth., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah S...