Senin, 05 Juni 2023

MENGAPA SEHABIS SHALAT FARDHU SEORANG YANG SHALAT MESTI BERISTIGHFAR?

Ada pertanyaan yang menggelitik penulis sejak lama. Mengapa sehabis beribadah malah mengucapkan istighfar? Apa tidak lebih baik mengucapkan hamdalah (alhamdulillah)? Bukankah saat mengerjakan ibadah shalat yang paling mulia dan paling tinggi nilainya ini justru kita sedang dalam ridha Ilahi? Lalu, mengapa setelah mengerjakan ibadah yang penting ini, malah dituntun mengucapkan istighfar?


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw., sebagaimana diberitakan oleh Tsauban r.a., mengajarkan bahwa zikir pertama yang diucapkan sehabis shalat adalah membaca istighfar tiga kali dengan lafaz "Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah" (Aku mohon ampun kepada Allah, 3x). Selanjutnya mengucapkan "Allahumma antas salam wa minkas salam, tabarakta ya dzal jalali wal ikram" (Ya Allah, Engkaulah as-Salam, dari-Mu-lah as-Salam (keselamatan). Maha Berkah Engkau wahai pemilik keagungan dan kemuliaan).

Sebelum lebih jauh menjelaskan makna istighfar setelah shalat, mari kita lirik shalat yang dikehendaki Allah SWT.

Dari sejumlah ayat Al-Quran dapat ditarik kesimpulan bahwa shalat yang dikehendaki Allah adalah shalat yang dilaksanakan dengan tadharru' (rendah hati), khufyah (sikap dan bacaan yang lemah-lembut), khauf (rasa takut), thama' (penuh harap), ta'lamu ma taqulun (memahami makna bacaan shalat), dunal jahri minal qaul (tidak berucap kasar), wala takun minal ghafilin (tidak lalai),  wasthabir 'alaiha (sabar mengerjakannya), dan sebagainya.

Dengan demikian, Allah tidak menyukai shalat yang dilakukan dengan jiwa yang angkuh, kasar, grasa-grusu/terburu-buru, tidak paham makna yang dibaca, lalai, dan sebagainya.

Atas dasar ini, maka sangat logis jika ucapan pertama zikir sehabis shalat adalah melafazkan istighfar yakni astaghfirullah. Lafaz ini mengandung makna permohonan ampun kepada Allah atas tampilan adab yang masih angkuh dan kasar di hadapan Allah. Juga permohonan  ampun dari berbagai kelemahan serta kekurangan  dalam praktik pengamalan shalat yang dikerjakan. Istighfar akan menyadarkan setiap hamba bahwa persembahan ibadah yang kita lakukan belum ada apa-apanya. Istighfar juga menginsafkan kita agar tidak berpuas diri (ridha) dengan ibadah yang dikerjakan. Sebab, jika seorang hamba sampai ridha terhadap amal ibadah yang ia kerjakan, maka jatuhlah ia kepada kesombongan, yaitu memandang diri sendiri sebagai orang yang telah sempurna dalam beribadah. Amat penting dipahami bahwa meskipun kita sudah merasa melakukan persembahan 'ubudiyah yang terbaik dan penuh khusyuk, jangan-jangan yang diperoleh hanyalah kesia-siaan yang disebabkan oleh rendahnya adab yang kita tunjukkan di hadapan Allah SWT. Semoga dengan istighfar ini, Allah mengampuni kekurangan, kelemahan dan kesalahan kita dalam shalat. Sebab, jika Allah tidak menerima shalat yang dilakukan, maka sia-sialah ubudiyah kita di hadapan Rabbul 'Arsy al-Azhim (Tuhan 'Arsy yang Agung).

Setelah beristighfar dengan khusyuk, maka selanjutnya kita diajarkan oleh Rasulullah Saw mengucapkan "Allahumma antas salam, wa minkas salam. Tabarakta ya dzal jalali wal ikram". Jika lanjutan istighfar ini dibaca dengan khusyuk, maka kesadaran kita akan menghunjam bahwa hanya Allah-lah sumber dan pemberi keselamatan. Jika Allah tidak menerima ibadah shalat yang kita lakukan, maka jadilah kita hamba yang tidak memperoleh naungan keselamatan di dunia dan akhirat. Na'udzu billahi min dzalik.

Di akhir renungan singkat ini, untuk menajamkan pemahaman, mari kita simak penjelasan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Madarijus Salikin berikut ini:
Orang-orang yang memiliki bashirah (mata hati yang kuat, pen.) justru lebih meningkatkan istighfar setelah mengerjakan berbagai macam ketaatan, karena mereka menyadari keterbatasannya dalam melaksanakan ketaatan itu, dan merasa belum memenuhi hak-hak Allah sesuai dengan keagungan-Nya. Allah juga memerintahkan agar Rasulullah Saw senantiasa memohon ampunan dalam setiap kesempatan dan sehabis melaksanakan tugas-tugas risalah atau setelah melaksanakan suatu ibadah.*

Wallahu a'lam bi al-shawwab. 

 

_________________ 

*Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarijus Salikin. Terj. Kathur Suhardi. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), h. 70. 


4 komentar:

  1. Istiqfarnya ini adalah Istiqfar yg minimal.
    Rasulullah dlm hadis yg lain juga ada menyebut seseorang yg habis sholad dianjurkan Membaca Ayat Qursy, dan barang siapa yg melakukan/membiasakan itu maka Tidak ada jarak kematian dirinya dgn Syorga. Kira kira begitu conten hadis itu. Gimama teks aslinya tentu kita sama sama carilah. Allahu akbar.

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Ayat Kursi dapat dibaca sebagai lanjutannya Pak.

    BalasHapus
  3. Sependek pengetahuan saya ayat kursi di baca hanya ba'da sholat subuh saja,

    BalasHapus
  4. Dalam hadits riwayat Thabraniy disebutkan bahwa barang siapa membaca ayat Kursi setiap akhir shalat fardhu, tidak ada hal yang dapat mencegahnya untuk masuk surga sampai ia mati.

    BalasHapus