Senin, 22 Mei 2023

MEMPERSEPSI LAFAZ-LAFAZ BACAAN SHALAT MENUJU TAUHID YANG IKHLAS (MURNI)

Mushalli (orang yang shalat) wajib mempersepsi dengan sungguh setiap lafaz yang dibaca dalam shalat. Mempersepsi di sini maksudnya memahami makna setiap lafaz zikir atau doa yang diucapkan saat mengerjakan shalat. Hal ini adalah pengamalan ayat Al-Qur`an surat An-Nisa' (4) ayat 43: Ya ayyuhalladzina amanu la taqrabush shalata wa antum sukara, hatta ta'lamu ma taqulun... (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...).

Lafaz-lafaz yang harus dipersepsi mulai dari takbir dengan lafazh Allahu Akbar (Allah Maha Besar), hingga lafazh zikir dan do'a yang diucapkan sesudah salam. Secara umum, esensi makna semua lafaz dimaksud dapat dipetakan kepada: Pertama, pentauhidan (pengesaan) Allah SWT. Kedua, tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) seorang muslim. Ketiga, doa (permohonan) hamba kepada Allah.

Dari ketiga bagian itu, pentauhidan Allah merupakan esensi dan substansi pokok, serta tujuan utama dari ibadah shalat. 


Pentauhidan Allah
Pentauhidan Allah artinya pengesaan Allah. Tauhid adalah bentuk kata benda (isim mashdar) dari kata kerja wahhada, artinya pengesaan. Seorang muslim mesti terus-menerus berupaya agar keyakinan tauhidnya semakin ikhlas (murni). Capaian tauhid dimaksud yaitu hingga seorang hamba menjadi muslim yang hanif, yaitu muslim yang benar-benar tunduk, patuh, taat, berserah diri, dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT. Ingat salah satu ayat yang dibaca pada Al-Fatihah: Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (Hanya kepada-Mu kami beribadah [menyembah] dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan). Jika jiwa-raga seorang muslim telah sampai ke tahap ini (tahap penghambaan yang ikhlas) dan istiqamah dengan pernyataan pada Al-Fatihah ini, maka ia tidak akan tergoda oleh bujuk rayu (bisikan) setan untuk tunduk dan meminta tolong kepada selain Allah seperti perdukunan, benda-benda yang dipandang memiliki magic, makhluk halus dan sejenisnya dalam menjalani hidupnya, bagaimana pun ujian dan cobaan yang menimpa dirinya.

Tauhid: Esensi Pokok Ibadah Shalat
Pahamilah dengan sungguh keseluruhan lafaz yang dibaca dalam ibadah shalat. Kita akan menemukan bahwa melalui shalat, Allah mendidik kita untuk mencapai tauhid yang ikhlas. 

Di awal shalat, seorang muslim melafazkan takbiratul ihram (takbir penghormatan/penta'zhiman) dengan mengucapkan Allahu Akbar. Lafaz ini diucapkan berulang-ulang. Lafaz lain yang juga diucapkan berulang-ulang (saat berdiri, rukuk, dan sujud) adalah lafaz tahmid dan tasbih. Di tambah lagi, pada tiap rakaat pertama dan kedua, seorang mushalliy membaca ayat Al-Qur`an yang mudah untuk dibaca (sudah tentu juga mudah dipahami). Apa tujuan dan guna dari ini semua? Tentu saja tujuan mengulang-ulang takbir, tahmid, dan tasbih serta membaca ayat-ayat Al-Qur`an pilihan yaitu agar seorang hamba dekat dan semakin dekat kepada Allah.  Sekaligus akan berguna mendidik jiwa dan memantapkan keyakinan tauhid yang semakin kokoh.

Dengan lafaz-lafaz yang sempurna ini, Allah SWT menghendaki agar setiap muslim sampai kepada kemurnian tauhid. Kemurnian tauhid tentu saja mengandung makna kesucian jiwa (tazkiyatun nafs) dari segala syirik baik khafiy (halus, tersembunyi) maupun jaliy (jelas, terang-terangan). Kesucian jiwa akan mengantarkan setiap hamba untuk dekat dan semakin dekat kepada Allah SWT. Kedekatan yang semakin dekat ini akan melahirkan hubungan hamba dengan Tuhan dalam bentuk cinta timbal balik antara hamba dengan Tuhan. 


Adab dan Cara Mempersepsi Bacaan Shalat
Al-Quran menuntunkan bahwa di antara adab di hadapan Allah saat mempersepsi lafaz-lafaz bacaan shalat adalah tadharru' (rendah hati), khufyah (lemah-lembut dalam berzikir dan berdoa), khauf (perasaan takut kepada Allah), dan thama' (perasaan harap kepada Allah), dan dunal jahri minal qaul (membaca sirr [suara berbisik] pada bagian-bagian yang ditentukan). Jika adab-adab ini terterapkan, maka seorang mushalliy akan mencapai shalat yang khusyuk.
Sementara cara yang dilakukan dalam mempersepsi lafaz-lafaz bacaan shalat yaitu dengan berupaya memahami, menyadari, dan merasakan dengan hati setiap lafaz yang dibaca. Cara inilah yang dimaksudkan dengan bi hudhur al-qalbi, yaitu shalat dengan menghadirkan hati.


Tantangan Mempersepsi Bacaan Shalat
Lafaz-lafaz yang dibaca dalam shalat adalah lafaz-lafaz suci dan mulia. Lafaz-lafaz itu pada hakikatnya mengantarkan seorang mushalliy kepada ma'rifatullah (pengetahuan ruhaniah tentang Allah). Oleh karena itu, seorang muslim ditantang agar dapat mempersepsi secara mendalam dan makin mendalam makna-makna yang dikandung lafaz-lafaz shalat dimaksud. Di sinilah dibutuhkan kesungguhan membersihkan jiwa kita dari dosa-dosa. Semakin kita suci dari dosa-dosa, maka qalbiyah kita semakin kuat menangkap makna-makna ruhaniah lafaz-lafaz bacaan shalat. Sebaliknya, jika dosa-dosa kita bertambah dan terus bertambah, maka semakin sulit mempersepsi makna-makna ruhaniah ('irfani) yang terkandung dalam lafaz-lafaz suci dan mulia dimaksud. Oleh karena itu, mari terus kita bersihkan diri kita dari dosa-dosa dengan konsisten di atas jalan tobat, sehingga qalbu kita semakin suci-bersih dan semakin peka dalam menerima cahaya ilmu dari Allah SWT. Allahu a'lam bi al-shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar