Minggu, 15 Januari 2023

URGENSI PENDEKATAN HERMENEUTIKA DALAM MENGHASILKAN PEMAHAMAN AGAMA YANG NATURAL


"Ketika seorang ilmuan agama (ulama) membahas topik-topik keagamaan, sering kali ia memposisikan dirinya sebagai "penjaga gawang", "aktifis" atau sebagai orang luar (out sider) dalam mengkaji objek. Tentu saja ini hak ilmiah setiap ilmuan. Problemnya, dalam konteks kajian agama, hasil perenungan atau pemikiran ilmuan seperti ini sering tidak jenuin (natural). Dan, akibatnya pintu ke pemikiran atau pemahaman yang lebih luas dan lapang menjadi sukar didapatkan."
*******

Sering kali ketika ilmuan agama (ulama) membahas topik-topik keagamaan, ia memposisikan dirinya sebagai "penjaga gawang", "aktifis" atau sebagai orang luar (out sider) dalam melihat objek. Tentu saja ini hak ilmiah setiap ilmuan. Problemnya, dalam konteks kajian agama, seringkali hasil perenungan atau pemikiran ilmuan seperti ini tidak jenuin (natural). Dan, akibatnya pintu ke pemikiran atau pemahaman yang lebih luas dan lapang menjadi sukar didapatkan.

Oleh karena itu, ilmuan agama perlu mempertimbangkan saran ahli hermeneutika agama untuk menerapkan pendekatan heremeneutika dalam pemahaman dan kajian agama. Pendekatan hermeneutika ini berupaya memahami suatu topik atau objek kajian dari perspektif dalam (inner perspective). Seorang pengkaji masuk ke dalam dunia subjek (alam kesadaran dan pikiran subjek), lalu memandang secara jernih (jenuin) suatu objek layaknya orang/tokoh yang telah memproduk suatu pemahaman (teks) yang jadi objek kajian agama dimaksud.


Contoh Penerapan dalam Memahami Zikir dan Do'a sesudah Shalat

Dalam hal berzikir dan berdoa sesudah shalat, maka pertanyaan hermeneutis tentang ini misalnya: Bagaimana Rasulullah Saw secara jenuin memandang dan memaknai zikir dan do'a sesudah shalat? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka seorang pengkaji harus masuk ke alam kesadaran dan pikiran subjek. Dalam hal ini, subjeknya adalah Rasulullah Saw sendiri. Bagi pengkaji yang belum terbiasa dengan pendekatan hermeneutika tentu metodologi demikian ini tampak sangat asing. Bagaimana mungkin masuk ke dalam kesadaran Nabi Saw? Para ilmuan menyadari bahwa upaya agar benar-benar masuk ke alam kesadaran  subjek untuk memahami apa yang dipikirkan subjek tidaklah mungkin tercapai secara sempurna. Apa lagi subjeknya adalah pribadi utama, Rasulullah Saw.

Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa sejak lama penerapan pendekatan hermeneutika telah terbukti dapat memperkaya perspektif pemahaman tentang kajian agama. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk masuk ke dalam alam kesadaran dan pemikiran subjek terkait zikir dan doa ini, antara lain:
  1. Membebaskan pikiran dari keterikatan terhadap berbagai pemikiran, konsep dan kategori tentang zikir dan do'a yang telah terlembagakan dalam pemahaman dan pemikiran kaum muslimin (ortodoksi), terutama pemahaman mazhab-mazhab fiqh. Konsep yang telah terlambagakan itu misalnya konsep zikir, do'a, syarat doa, juz'iyatnya, kaifiatnya, dllsb. 
  2. Memahami konsepsi dan makna zikir dan do'a dalam pusaran ajaran Al-Quran tentang zikir dan do'a.
  3. Memahami konsepsi zikir dan doa dalam konteks penyampaian Rasulullah pada masa itu. Dalam hal ini amat penting untuk memahami konteks sosio-historis ketika Nabi Saw mengajarkan atau mengamalkan (mempraktikkan) zikir atau doa dimaksud.
  4. Memahami secara mendalam bagaimana Rasulullah Saw mengamalkannya. Beliau berzikir dan berdo'a dengan tadharru' (rendah hati), khufyah (lemah-lembut), khauf (rasa takut), thama' (penuh harap), duna al-jahri min al-qaul (lirih), dan sering menangis saat munajat, dllsb.
  5. Memahami bagaimana para sahabat menindaklanjuti pengajaran zikir dan do'a dalam pengamalan.
Tidak kalah pentingnya --setelah 5 poin di atas-- lanjutannya (ke-6) yaitu eksperimentasi pengamalan seorang pengkaji yang tulus-ikhlas, khusyuk dan penuh kesungguhan terhadap pengajaran zikir dan do'a Rasulullah Saw. Eksperimentasi ini tentu saja akan turut mempengaruhi konsepsi hermeneutik seorang pengkaji zikir dan do'a. Sehingga konsepsi yang dihasilkan metode hermeneutik akan menukik hingga ke kedalaman lubuk pengetahuan 'irfani (pengetahuan ruhaniah).

Setelah 6 tahapan di atas dilalui, maka diskusi/kajian dapatlah turun ke tahap kajian fiqih yang rasional (bayani dan burhani). Hemat penulis, metodologi seperti ini akan lebih menghasilkan pandangan yang genuin (natural) tentang zikir dan do'a. Khususnya tentang do'a sesudah shalat. Allahu a'lam.

Gambar:
Blok A Perm. Sidimpuan Indah Lestari, Palopat PK, Padang Sidempuan, Sumut 15 Januari 2023.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar