Kamis, 19 Januari 2023

TAUSIYAH TEOANTROPOEKOSENTRIS (ILAHIYAH-INSANIYAH-KAUNIYAH PARADIGM) KEPADA INSAN PELAKSANA KEGIATAN DAN ANGGARAN T.A. 2023


"...dapatlah disimpulkan bahwa "penghambaan" adalah orientasi pokok hidup Muslim. "Penghambaan" adalah jaminan keberadaan manusia di muka bumi ini. Hal ini bermakna, jika manusia tidak bereksistensi melakukan "penghambaan", maka keberadaan eksistensialnya tidak lagi terjamin di sisi Allah."

*******


Ke Arah Mana Semua Aktifitas Hidup Seorang Muslim (dalam Konteks ini para Pelaksana Kagiatan dan Anggaran) Diorientasikan?

Semua aktifitas hidup seorang muslim mesti diorientasikan (ditujukan) untuk penghambaan (pengabdian) kepada Allah Swt. Al-Quran surat Adz-Dzariyat/51 ayat 56 menegaskan hal ini:*

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)


Agar aktualisasi dan realisasi penghambaan (pengabdian) ini terarah dengan benar, maka Allah Swt merentangkan jalan kepatuhan (ad-din, agama). Setiap muslim dituntut menghamba kepada Allah dengan ikhlas dan lurus (hanif) di atas jalan kepatuhan (agama) ini. (QS Al-Bayyinah/98: 5). Jalan kepatuhan ini bukan hal asing. Ia adalah jalan lurus yang sesuai dengan nature penciptaan manusia.

Penting disadari bahwa 'ubudiyyah (penghambaan) pada Adz-Zariyat ayat 56 ini merupakan puncak induksi makna-makna amaliyah lain (iman, ibadah, ilmu, dan khilafah). Petunjuk dan perintah keagamaan dalam berbagai hal selalu saja dalam rangka 'ubudiyyah (penghambaan) seorang muslim kepada Allah. Mari diperhatikan misalnya petikan ayat berikut:
1. QS. Ali 'Imran 3: Ayat 102

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."

Ali Imran ayat 3 ini menitahkan supaya kaum beriman bertakwa kepada Allah sebenar-benar takwa. Dan jangan sampai mati dulu, melainkan dalam keadaan muslim. 

Muslim, secara bahasa artinya orang yang tunduk, patuh, pasrah, berserah diri. Yakni tunduk, patuh, pasrah, dan berserah diri dengan hanif kepada Allah Swt.

Kemusliman ini menjadi fundamen ketakwaan, sementara ketakwaan dalam rangka penghambaan kepada Allah Swt. 

2. QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."

Zikrullah (mengingat Allah) pada ayat ini sesungguhnya aktualisasi penghambaan. Hal ini mempertegas bahwa penghambaan itu dilakukan dalam seluruh kondisi dan aktifitas hidup seorang muslim sepanjang hayat.

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa "penghambaan" adalah orientasi pokok hidup Muslim. "Penghambaan" adalah jaminan keberadaan manusia di muka bumi ini. Hal ini bermakna, jika manusia tidak bereksistensi melakukan "penghambaan", maka keberadaan eksistensialnya tidak lagi terjamin di sisi Allah.

"Payung induksi" di bawah ini menegaskan bahwa 'ubudiyah (penghambaan) benar-benar puncak orientasi dan tujuan hidup muslim:


Sampai seberapa hebat "penghambaan" itu? Sampai seorang muslim mampu dan terbiasa untuk menjauhkan lambungnya dari tempat tidurnya untuk beribadah di waktu malam; Sampai seorang muslim menghabiskan malam-malamnya untuk Tuhan dengan bersujud dan berdiri ibadah; Sampai seorang muslim berdiri shalat dalam sebagian malam atau lebih lagi. (QS As-Sajadah/32: 16, Al-Furqan/25: 64, dan Al-Muzammil/73: 20). 

Penting dilihat bahwa Tuhan tidak mendefinisikan tentang "penghambaan yang hebat". Karena memang bukan definisi yang penting. Al-Qur'an, dalam hal ini justru menonjolkan karakteristik atau bentuk unjuk diri muslim yang melakukan penghambaan yang hebat.


Apakah tugas kekhalifahan sebagai realisasi penghambaan?
Jawabannya tentu saja, ya.
Status kedudukan manusia di bumi adalah Khalifah (Al-Baqarah/2: 30). Tugas khalifah adalah membangun kehidupan yang makmur, indah dan anggun (peradaban) di muka bumi. Perlu digarisbawahi bahwa realisasi tugas kekhalifahan ini dalam rangka pengabdian (penyembahan, ketundukan) kepada Allah.


Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran bentuk Aktualisasi Kekhalifahan
Jadi... Raker ini dalam kerangka aktualisasi penghambaan kepada Allah SWT. Begitu pula semua pelaksanaan kegiatan dan anggaran, mulai dari kegiatan akademik yang jadi core business kita, dan juga kegiatan non akademik seperti belanja modal (pengadaan BMN), belanja pegawai, belanja barang, belanja sosial, dll. Harus jadi tekad individual kita masing-masing bahwa setiap kegiatan yang kita kelola mesti menambah pahala buat kita di sisi Allah SWT.

Berpijak kepada nilai dasar dan pemikiran demikian inilah semestinya kita mengelola berbagai kegiatan dan anggaran di kampus. Oleh karena itu wajib bagi kita:
  1. Mengelola kegiatan dan anggaran yang berorientasi penuh pada capaian rencana jangka pendek dan menengah sebagaimana tertuang pada Rencana Strategis dan Rencana Induk Pengembangan yaitu Good University Governance and Culture (MS 2020-2024) dengan idealitas Recognized University in Governance and Culture set in Sumatera, dan capaian Automasi Tata Kelola IAIN ( baca: UIN) yang Cerdas Berintegritas di Sumatera. Praktis untuk capaian Automasi Tata Kelola ini, waktu yang tersedia tinggal dua tahun lagi.
  2. Mengelola kegiatan dan anggaran dengan penuh amanah dan integritas. Setiap satu rupiah atau bahkan lebih kecil lagi yang kita belanjakan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Begitu pula jika ada satu rupiah kita ambil tanpa hak atau peruntukannya menyimpang dari kebutuhan pengembangan kampus maka Allah pasti akan meminta pertanggung jawaban. 
  3. Mengupayakan pengelolaan kegiatan dan anggaran dengan out put dan out come yang optimal. Dengan demikian, setiap satu rupiah yang kita belanjakan menghasilkan keluaran dan balikan yang bernilai lebih dari yang sepatutnya.
  4. Termasuk dalam hal integritas adalah mengupayakan tingkat kepatuhan kita terhadap disiplin pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang mesti semakin baik dari tahun-tahun anggaran sebelumnya. 

Untuk Direnungkan
Setelah Allah Swt menjelaskan tentang huru hara kehancuran semesta di awal surat Al-Zalzalah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala selanjutnya berfirman:*

يَوْمَئِذٍ يَّصْدُرُ النَّا سُ اَشْتَا تًا ۙ لِّيُرَوْا اَعْمَا لَهُمْ
"Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya."

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
"Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 6-8)

Wallahu a'lam.


Catatan:
Ayat Al-Qur'an dikutip dari: Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar