Sabtu, 07 Januari 2023

KEHARUSAN MEMAHAMI ASPEK IRFANI (SUFISTIK) IBADAH SHALAT*



"Dalam penerapannya, mushalliy (orang yang shalat) mesti menghadirkan hati (bi hudhur al-qalbi). Menghadirkan hati dimaksudkan agar mushalliy dapat mempersepsi secara qalbiyah seluruh lafaz-lafaz zikir dan do'a dalam shalat. Cara praktis menghadirkan hati yaitu dengan menyadari, merasakan dan menghayati makna yang diucapkan. Jika cara ini dibiasakan terus-menerus, maka bashirah (penglihatan mata hati) seorang mushalli semakin tajam. Dan, Allah SWT pun semakin membuka penyingkapan rahasia-rahasia Ilahiyah kepada hamba yang berupaya khusyuk dalam shalatnya. Penyingkapan itu dimulai dari paling samar (masih gelap) hingga menuju cahaya terang benderang."
*******

Allah Swt mengingatkan agar orang-orang beriman jangan mendekati shalat (shalat jama'ah  atau shalat sendiri) jika dalam keadaan mabuk, hingga mereka mengerti apa yang diucapkan (lihat QS An-Nisa' 4: 43). Kalimat dalam ayat yaitu hatta ta'lamu ma taqulun. Mengerti yang diucapkan di sini tentu saja maksudnya memahami makna lafaz-lafaz shalat yang dibaca. Pertanyaannya, apakah memahami makna di sini hanya pemahaman harfiah (tekstual)? Tentu saja tidak demikian. Para ulama menegaskan bahwa maksud mengerti/paham di sini mesti sampai kepada pemahaman makna hakikat atau makna 'irfani.
Perlu direnungkan bahwa lafaz-lafaz yang dibaca dalam shalat itu bukanlah lafaz-lafaz biasa. Lafaz-lafaz itu adalah lafaz istimewa dan pilihan. Disebut demikian karena lafaz-lafaznya itu  Allah SWT sendiri yang mengajarkannya kepada Rasulullah. Lafaz bacaan shalat itu dibaca pada posisi-posisi gerakan yang ditentukan dalam shalat. Tidak tanggung-tanggung, ibadah shalat ini juga dinyatakan dalam hadits sebagai tiang agama ('imaduddin), pembeda antara muslim dan kafir, amal yang pertama dihisab, zikir paling utama, dan penentu (tolok ukur) bagi amal-amal lain di Hari Kiamat. Lebih dari itu, Allah Swt menegaskan bahwa shalat mencegah kaum beriman dari perbuatan keji dan munkar.

Dari penjelasan ini saja dapat dipahami bahwa ibadah shalat adalah ibadah istimewa, sehingga memerlukan kesungguhan dan kesabaran dalam melakukan dan menjaga konsistensinya. Termasuk dalam hal memahami makna-maknanya hingga ke makna yang terdalam. 


Pemahaman 'Irfani terhadap Shalat

Pendekatan 'irfani merupakan istinbath al-ma'arif al-qalbiyyah dari Al-Quran. Pendekatan ini bertumpu pada instrumen pengalaman batin, dzawq, qalb, wijdan, bashirah, dan instuisi. Metode yang digunakan meliputi manhaj kasyfi dan manhaj iktisyafi. Manhaj kasyfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kasyf dengan riyadhah dan mujahadah. Manhaj iktisyafi disebut juga al-mumatsilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi.1]

Al-Quran memberi bimbingan dan tuntunan agar seorang mukmin mendapatkan pengalaman batin atau dzawq dari ibadah Shalat. Pengalaman batin/dzawq ini selanjutnya akan terekam menjadi pengetahuan 'irfani tentang shalat. Bumbingan ini dapat dipetik misalnya dari surat An-Nisa' ayat 43; Al-A'raf ayat 55, 56, dan 205. Berikut secara berturut ayat-ayat dimaksud:*

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْـتُمْ سُكَا رٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ 
"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, ..." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 43)

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ 
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 55)

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَ رْضِ بَعْدَ اِصْلَا حِهَا وَا دْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 56)

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 205)

Ayat-ayat di atas ---secara epistemologis--- menuntunkan tentang kemestian penerapan pendekatan 'irfani untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman qalbiyah-batiniah dalam shalat, yaitu:
  1. Memahami makna bacaan shalat.
  2. Bersikap tadharru' (rendah hati)
  3. Bersikap khufyah (lemah lembut)
  4. Bersikap khauf (rasa takut)
  5. Bersikap thama' (penuh harap)
  6. Berucap zikir/doa dengan lirih (dunal jahri minal qaul)
Dalam penerapannya, mushalliy (orang yang shalat) mesti menghadirkan hati (bi hudhur al-qalbi). Menghadirkan hati dimaksudkan agar mushalliy dapat mempersepsi secara qalbiyah seluruh lafaz-lafaz zikir dan do'a dalam shalat. Cara praktis menghadirkan hati yaitu dengan menyadari, merasakan dan menghayati makna yang diucapkan. Jika cara ini dibiasakan terus-menerus, maka bashirah (penglihatan mata hati) seorang mushalli semakin tajam. Dan, Allah SWT pun semakin membuka penyingkapan rahasia-rahasia Ilahiyah kepada hamba yang berupaya khusyuk dalam shalatnya. Penyingkapan itu dimulai dari paling samar (masih gelap) hingga menuju cahaya terang benderang. Nur Allah itu bagi hamba yang baru bertobat ibarat cahaya yang tertutup kaca dengan noda tebal. Jika seorang hamba semakin membersihkan hatinya dan mengisinya dengan energi zikir, maka noda-noda tebal itu semakin berguguran, hingga akhirnya tidak ada satu titik noda pun yang menghalangi pandangannya kepada sumber cahaya.


Buahnya
Lalu ---secara aksiologis--- apa buah dari shalat dengan penghayatan 'irfani ini?
Buahnya yaitu dekat kepada Allah. Dengan kedekatan ini hati seorang mukmin peka terhadap zikrullah, sehingga ketika nama Allah disebut dihadapannya, hatinya bergetar. Dan  jika ayat-ayat Allah diperdengarkan kepadanya, imannya makin kuat. Di tengah malam, ia menyungkur sujud dan bertasbih untuk memuji Allah. Dan lagi, dalam menjalani hidup, ia tawakkal kepada Allah dan rendah hati kepada sesama manusia. Di akhirat, Allah Swt menyediakan bermacam-macam nikmat yang tidak terbayangkan oleh manusia.

Mari baca ayat berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:**

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِ ذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَا دَتْهُمْ اِيْمَا نًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,"
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 2)

اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰ يٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
"Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 15)

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّاۤ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍ ۚ جَزَآءً بِۢمَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 17)


Catatan:
1] PP Muhammadiyah, Risalah Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, 2000, h. 19.
*Penulis (Anhar & Nur Azizah) adalah dosen UIN Syahada Padangsidimpuan dan aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah Kota Padangsidimpuan.
** Ayat-ayat Al-Quran dan terjemahnya diambil dari Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Gambar:
Jalan Raya T. Rizal Nurdin, Palopat PK, Padang Sidempuan, Sumut. Foto diambil jelang Maghrib 05 Januari 2023.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar