Sabtu, 15 Oktober 2022

SAYAP-SAYAP RUHANIYAH TASBIH, TAHMID DAN TAKBIR DALAM SHALAT: PERSPEKTIF FILOSOFI-SUFISTIK



"Jika diterapkan cara berpikir induktif-'irfani dalam melihat sebaran mutiara-mutiara zikir (takbir, tahmid dan takbir) dalam shalat, maka dapat dikonsepsikan (digeneralisasi) bahwa substansi pokok ibadah shalat adalah pen-tauhid-an Allah SWT. Pen-tauhid-an yang semakin ikhlas (murni) akan berdampak terhadap peningkatan derajad hamba di sisi Allah, dan semakin dalam pula ia masuk ke samudra ma'rifatullah."
*******  


Kalau kita menggunakan ilmu filsafat, maka ibadah yang amat sentral ini dapat juga dipahami dari perspektif ontologi, epistemologi dan aksiologi dengan pendekatan penalaran induktif-'irfani.

Perspektif Ontologi
Perspektif ontologi setidaknya melihat bagaimana eksistensi shalat sebagai suatu bentuk ibadah. Bagaimana posisinya di tengah ibadah lain. Penting dimengerti bahwa gerak serta lafaz zikir dan do'a shalat sama-sama menyimbolkan ketundukan dan kepasrahan hamba kepada Allah. Tentang gerak dalam shalat ini, semua Muslim tahu bahwa shalat dimulai dari sikap pasrah dengan berdiri tegak menghadap ke satu arah (Baitullah) sambil mengangkat tangan sebagai simbol penyerahan dan kemudian melipatkannya di dada. Selanjutnya membungkuk sempurna sambil melafazkan zikir "penyucian" dan "pujian". Lanjut dengan berdiri lurus kembali untuk menandaskan pemujian kepada Sang Khaliq. Setelah itu, hamba yang pasrah ini menyungkur sujud hingga kepala dan kakinya sama rendahnya. Saat sujud inilah seorang hamba disebut oleh Nabi Saw., amat dekat kepada Tuhan-nya. Yaitu, saat hamba dipuncak merendahnya di hadapan Rabb 'Arsy Yang Agung.

Nabi Saw., menjelaskan kepada umatnya bahwa shalat ini adalah tiang agama (ash-shalatu 'imaduddin). Jika shalat ditegakkan oleh kaum beriman maka tegak kokohlah agama. Jika ditinggalkan maka runtuhlah agama. Shalat di sini berposisi sebagai penyangga utama agama. Shalat juga amal yang pertama kali di hisab (dihitung, diperiksa). Jika hasil hisab shalat seorang hamba baik, maka akan baiklah seluruh amalnya. Tetapi jika hasil hisab membuktikan sebaliknya yaitu ibadah shalat seorang hamba rusak, maka rusak pulalah seluruh nilai amal ibadah lainnya. Berdasarkan perspektif hisab shalat ini, benarlah bahwa shalat adalah pokok atau tiang agama.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari sejumlah hadits di atas, dapatlah dipahami bahwa shalat menempati posisi utama di tengah-tengah amal shaleh lainnya. Hal ini menjadi penegasan bahwa shalat bukanlah ibadah sembarangan. Ia ibadah istimewa. Shalat mengandung rahasia berupa samudra ma'rifat yang menantang untuk dipelajari dan dikaji secara mendalam. 

 
Perspektif Epistemologi
Perspektif ini di sini sekedar melihat bagaimana shalat membentuk pengetahuan 'irfani seorang Muslim dan dalam waktu yang sama membentuk kepribadian. Apa yang dikandungnya sehingga dapat membentuk pribadi kaum beriman, dan mengarahkannya kepada suatu tujuan? Untuk pemahaman awal tentang ini, mari pahami baik-baik seluruh lafaz bacaan shalat. Semua lafaznya berisi untaian lafaz indah yang membaw kepada pengetahuan ruhaniah (pengetahuan 'irfani). Lafaz dimaksud dapat dibagi ke dalam dua hal:
  1. Lafaz yang membawa kesadaran ruhaniyah menuju pemahaman tentang Allah.
  2. Lafaz yang menyadarkan tentang kebergantungan hamba kepada Allah.

Penjelasan: 
Poin 1 berupa lafaz-lafaz zikir dan lafaz ayat Al-Qur`an yang dibaca dalam shalat. Dari keseluruhan lafaz zikir dan lafaz ayat Al-Qur`an dimaksud, ada lafaz zikir yang sering muncul dan diucapkan yaitu tasbih, takbir, dan tahmid. Tasbih, dalam satu putaran shalat  fardhu diucapkan 51x, tahmid sebanyak 85x, dan takbir sebanyak 85x. Secara rinci, perhitungan ini diambil sebagai berikut: Saat membaca Al-Fatihah ada lafaz tahmid dibaca 17×, pada  i'tidal ada tahmid sebanyak 17x. Selanjutnya, tasbih dan atau tahmid (atau tasbih, tahmid,  istighfar) saat rukuk dan sujud* masing-masing 51x. Oleh karena itu, jika tahmid pada Al-Fatihah, rukuk, i'tidal, dan sujud yang masing-masing 17x, 17x, 17x, dan 34x dijumlahkan, maka diperoleh totalnya sebanyak 85x. Jumlah tahmid ini sama dengan takbir, yaitu sama-sama 85x. 

Berdasarkan penjelasan di atas, tampak jelas bahwa dalam satu siklus shalat lima waktu, seorang Muslim ber-tasbih dalam shalat 51x, ber-tahmid 85x dan ber-takbir 85x. Fakta ini tentu bukan kebetulan. Tentu saja ada maksud Allah dibalik pengucapan berulang-ulangnya takbir, tahmid dan tasbih ini. Lafaz tasbih, takbir dan tahmid menempati komposisi paling banyak dalam shalat. Ini menandakan, bahwa setelah  tasbih (penyucian jiwa dan pikiran dari syirik), maka tahmid (pujian [syukur] kepada nikmat dan rahmat-Nya) dan takbir (pengagungan sempurna kepada Kemahabesaran Allah) menempati posisi khusus dalam shalat.  Jika diterapkan cara berpikir induktif-'irfani dalam melihat sebaran mutiara-mutiara zikir (takbir, tahmid dan takbir) dalam shalat, maka dapat dikonsepsikan (digeneralisasi) bahwa substansi pokok ibadah shalat adalah pen-tauhid-an Allah SWT. Pen-tauhid-an yang semakin ikhlas (murni) maka akan berdampak terhadap peningkatan derajad hamba di sisi Allah, dan semakin dalam pula ia masuk ke samudra ma'rifatullah.

Penting dipahamkan bahwa pengucapan berulang-ulang lafaz zikir, jika diucapkan dengan sikap rendah hati (tadharru'), lemah-lembut (khufyah), rasa takut (khauf), dan jiwa yang penuh harap (thama'), maka tentulah mengantarkan kepada pengetahuan ruhaniah ('irfani) yang semakin sempurna, dalam dan berkesan tentang Allah.

Oleh karena itu, tasbih, tahmid dan takbir dalam shalat bagaikan sayap-sayap ruhaniah yang membawa hamba terbang tinggi menuju Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Sementara lafaz-lafaz lain mendorong ketiga lafaz utama tersebut untuk bergerak vertikal menuju liqa' (pertemuan) ruhaniah dengan Allah.

Poin 2 berisi lafaz do'a (permohonan) hamba kepada Allah. Do'a adalah kesadaran akan ketidakberdayaan, kelemahan, kekurangan dan kebergantungan setiap hamba kepada Allah SWT. Do'a juga menjadi sumber kekuatan, kehangatan, kedamaian, pelipur lara orang-orang beriman. Dalam shalat tersimpan silih ganti zikir dan do'a. Misalnya, dalam Al-Fatihah kita temukan ungkapan zikir dan do'a. Begitu pula dalam duduk antara dua sujud. Bahkan dalam rukuk dan sujud, ada lafaz yang mengandung zikir dan do'a sekaligus.

Do'a-doa ---yang berjalin atau silih ganti dengan zikir ini--- akan menghentakkan kesadaran qalbiyah setiap Muslim yang beribadah tentang Allah SWT. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa shalat adalah ibadah yang disediakan oleh sang Khaliq untuk membawa setiap orang beriman naik (mi'raj) secara ruhaniah ke hadhrat ar-rububiyyah (ma'rifatullah). Dalam konteks berpikir demikianlah dapat dipahami adagium sufi: Ash-shalatu mi'raj al-mu'minin (shalat adalah mikraj kaum beriman).

Perspektif Aksiologi
Di atas dijelaskan bahwa ada lafaz-lafaz zikir yang lebih sering diulang-ulang dalam shalat dibanding lafaz-lafaz zikir lainnya. Di samping itu ada pula lafaz-lafaz berupa do'a (permohonan) hamba kepada Tuhan-nya. Lafaz-lafaz yang lebih sering berulang itu bagaikan sayap-sayap ruhaniah yang membawa hamba yang sedang shalat terbang tinggi untuk menemui-Nya. Sayap itu berupa sayap tasbih (pembersihan hamba dari syirik), sayap tahmid (penyadaran hamba sebagai 'ibadurrahman yang amat sangat butuh kepada Allah), dan sayap takbir (simbol pengagungan yang sempurna dan tanda sampainya hamba kepada kebebasan menemui-Nya). 
 
Dengan menjaga dan terus memperbaiki adab/etika hamba dalam shalat, maka pengucapan zikir yang amat penting ini akan memberi dampak bagi setiap hamba yang beribadah. 
Secara harfiah Allah SWT menyatakan dalam Al-Qur`an hal-hal berikut, di antaranya: 
1. Shalat mencegah setiap Muslim dari perbuatan keji dan munkar. 
2. Shalat juga menjadi media ruhani bertemua Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. 
3. Shalat yang di dalamnya berisi zikir akan membuat hati menjadi damai, tenang dan tentram. 
4. Shalat yang khusyuk membuat seorang Muslim terhindar dari keluh-kesah dan memperoleh keberuntungan. 
5. Shalat menyelamatkan Muslim dari neraka Saqar. Allahu a'lam.


Catatan:
*Untuk bacaan rukuk dan sujud ada beberapa versi hadis, di antaranya: 1) Subhana rabbiyal 'azhim, 2) Subhana rabbiyal 'azhim wa bihamdihi, dan 3) Subhanakallahumma rabbana wabihamdika, Allahummaghfirliy. Sementara bacaan waktu sujud juga ada beberapa versi, di antaranya: 1) Subhana rabbiyal a'la, 2) Subhana rabbiyal a'la wa bihamdihi, dan 3) Subhanakallahumma rabbana wabihamdika, Allahummaghfirliy.

Gambar:
Sudut halaman Masjid Syekh Zainal Abidin Kota Padang Sidempuan dengan latar belakang langit biru berawan yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar