Rabu, 26 Oktober 2022

AYAT INSANIYAH DALAM NALAR MATEMATIKA: SERI TEOANTROPOEKOSENTRIS


"Jika Allah SWT berkali-kali menyebutkan bahwa pada langit dan bumi ini, dan juga pada diri manusia terdapat ayat (ايات= tanda-tanda Kemahabesaran Allah), maka "keteraturan dalam logika matematika itu" adalah ayat Allah pada alam pikiran (alam akal) manusia."

*******

Secara umum, Sains (Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika) itu adalah ilmu "persamaan" (equation). Ruh dari persamaan ini adalah logika deduktif-matematis. Kalau pun penarikan kesimpulan dalam Sains Kealaman hampir selalu menggunakan logika induktif, namun pada dasarnya tetaplah berpijak kepada prinsip-prinsip logika deduktif-matematis. Sinonim dengan "persamaan" (equation) itu adalah conclution (kesimpulan). Lihat persamaan-persamaan fisika berikut ini:1]

Gambar 1:

Gambar 2:


Gambar 3:

Terus terang penulis tidak paham dengan operasi persamaan fisika pada gambar-gambar rumus di atas. Poin yang ingin ditegaskan di sini bahwa Sains adalah ilmu empirik yang substansinya adalah "persamaan" (equation). Dari "persamaan" itu dapat dilakukan eskperimen Sains. Selanjutnya eksperimen Sains akan menghasilkan ilmu teknologi (ilmu yang bersifat teknikal). Teknologi ini kemudian dapat diimplementasikan untuk menciptakan sarana-prasarana kehidupan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Pertanyaan pokok yang diajukan di sini: 
Bukankah penyangga ilmu "persamaan" yang amat teratur dan rapi ini adalah logika deduktif matematika? Lihatlah gambar-gambar rumus di atas, misalnya: y(x,t)= A sin(wt - kx)= ...dst. Rumus y(x,t) itu selanjutnya diurai (dideduksi) menjadi A sin(wt - kx), dst.

Prinsip penalaran demikian ini merupakan pengembangan silogisme (qiyasiy) dari persamaan-persamaan deduktif-matematis
paling rendah (dasar) pada mata pelajaran Matematika. Misalnya: 2= 1+1. Sementara 1= 0,5+0,5, atau 0,25+0,25+0,25+0,25. Angka 0,25= 0,125+0,125. Dalam logika: Jika A=B, dan C=A,  maka C=B, dst., dst.

Lihatlah...! Ada keteraturan dan  kerapian jalannya logika dalam penalaran ini. Mari kita bertanya lebih lanjut? Bukankah adanya keteraturan logika ini adalah sunnatullah (hukum Allah) yang diletakkan Allah pada alam pikiran manusia, dan tidak diletakkan kepada hewan pintar seperti monyet? Bisakah manusia membuat sendiri daya kreasi dan imajinasi intelektual yang amat teratur dan rapi ini? Bukankah manusia hanya mendayagunakan saja rahmat yang amat besar ini? Katakanlah rahmat berupa logika deduktif dan induktif yang amat berharga tersebut ---yang kebetulan dirumuskan abstraksi penalarannya pertama kali oleh Aristoteles?

Jika Allah SWT berkali-kali menyebutkan bahwa pada langit dan bumi ini, dan juga pada diri manusia terdapat ayat (ايات= tanda-tanda Kemahabesaran Allah), maka "keteraturan dalam logika matematika itu" adalah ayat Allah pada alam pikiran (alam akal) manusia. Mari renungkan kutipan terjemahan firman Allah berikut: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri,..."2]

Penyikapan moral-intelektual seorang ulul albab (ilmuan Muslim yang sadar akan kehambaannya) terhadap kenyataan ayat-ayat Allah dalam alam akal ini akan termanifestasikan secara verbal dalam untaian doanya sebagai berikut:
Rabbana ma khalaqta hadza batila subhanaka faqina 'adzabannar (Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua yang ada di langit dan di bumi ini dengan sia-sia (percuma). Maha Suci Engkau ---dari anggapan atau pandangan ilmuan atau pelajar sekuler yang tidak pantas bagi-Mu. Selamatkanlah kami dari azab neraka).3]

Dengan demikian, Ilmu Matematika tidak saja mengokohkan kompetensi rasional-intelektual, tapi juga kecerdasan spiritual berupa peningkatan iman dan takwa.

Pada saat seorang ilmuan atau pelajar Muslim sampai kepada kesadaran akan keberadaan ayat-ayat Allah pada alam pikiran Matematika ini, maka saat itu pulalah ia telah bersentuhan dengan ma'rifatullah (pengetahuan 'irfani/ruhaniah tentang Allah). Allahu a'lam.

Catatan:

1] Lihat: https://basyiralbanjari.wordpress.com/2018/05/01/10-persamaan-fisika-paling-kece-versi-olimpiade-fisika/ 

2]Selengkapnya ayat dimaksud sbb:

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fussilat 41: Ayat 53)

3]Baca: Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal," (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191). 

Catatan tambahan: Kutipan ayat Al-Quran dan terjemahnya diambil dari https://quran-id.com


Gambar:
Gambar yang indah, belum diketahui lokasi pengambilan gambar ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar