AL-QUR`AN DAN ILMU PENGETAHUAN

 


Al-Qur'an, sebagaimana dinyatakan pada surat Al-Baqarah ayat 2 dan ayat 185, masing-masing dengan frase (idhafahhudan lilmuttaqin dan hudan linnasi,1] tidak hanya kitab yang mengandung petunjuk keagamaan, tapi juga berisi petunjuk keilmuan. Banyak kita temukan ayat-ayat Al-Qur`an yang memberi petunjuk pengembangan ilmu, mulai dari tingkat filosofi, paradigma, konsep/teori, hingga metodologi.

Dalam perspektif paradigma keilmuan teoantropoekosentris, Al-Qur`an dan Sunnah berposisi sebagai grand philosphy dan grand theory pengembangan ilmu. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dari Kitab Suci ini, diperlukan kecerdasan luar biasa dalam menginterpretasi  dengan pendekatan bayani, burhani dan 'irfani dengan penalaran induksi-deduksi-'irfani untuk menangkap ide-ide filosofi-sufistik keilmuan, untuk selanjutnya dirumuskan menjadi filosofi, paradigma, konsep dan metodologi pengembangan keilmuan. Contoh riil upaya ini adalah perumusan paradigma keilmuan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary yang diberi nama Haramu Takamul al-'Ulum (Pyramyd of Sciences) Teoantropoekosentris.


Perspektif Al-Qur`an tentang Sumber Ilmu

Sumber dari segala sumber ilmu itu adalah Allah SWT. Namun, agar manusia dapat menangkap ilmu Allah yang ada pada ayat-ayat-Nya, maka Allah melengkapi manusia dengan pendengaran, penglihatan dan hati (as-sam', al-abshar, al-af'idah). 

Ilmu dari Allah itu, ada ilmu hudhuriy (perennial knowledge) dan ilmu hushuliy (acquired knowlwdge). Ilmu hudhury, ada yang diterima secara verbal melalui pewahyuan, dan ada dari balik tabir yaitu melalui ilham atau intuisi. sementara ilmu hushuliy diperoleh melalui usaha manusia, misalnya dengan membaca, memikirkan, dan merenungkan.

Al-Qur'an memberi kita pandangan bahwa Al-Ayah (bahkan al-isyarah) adalah objek ilmu pengetahuan. Al-Ayah ---secara harfiah bermakna  "tanda-tanda" atau "simbol"--- terdiri dari ayat qauliyah, ayat insaniyah dan ayat kauniyah. 

Ayat qauliyah (dalam istilah lain: ayat tanziliyah) adalah objek utama ilmu-ilmu keagamaan. Ayat insaniyah (istilah lain: ayat anfusiyah/nafsiyah) adalah objek utama ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Sementara ayat kauniyah (istilah lain: ayat afaqiyah) adalah objek utama ilmu-ilmu kealaman. Perlu ditegaskan di sini, bahwa biologis-jasmaniah manusia termasuk dalam bagian ayat kauniyah.

Tentang ayat sebagai objek ilmu ini lihat musalnya QS Fussilat ayat 53:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Mari perhatikan makna firman Allah di atas. Di situ ditegaskan bahwa dengan diperlihatkannya kepada manusia ayat-ayat (tanda-tanda asma' Allah) yang ada pada afaq (penjuru semesta), anfus (diri manusia), maka implikasinya akan menjadi jelas bagi manusia bahwa Al-Qur'an (ayat qauliyah) itu benar. 

Dengan penjelasan demikian, dapat dikembangkan pemahaman bahwa studi, riset atau kajian terhadap ayat afaqiyah/kauniyah (alam) dan ayat anfusiyah/nafsiyah/insaniyah (diri manusia) akan menguatkan pemahaman tentang kebenaran ayat-ayat qauliyah. Hal ini mudah dipahami karena ketiga objek ini sama-sama kalam Allah. Ayat qauliyah adalah kalam verbal, sementara ayat insaniyah dan ayat kauniyah adalah kalam simbolik (tajalliyat Allah). Hubungan kedua kalam ini menurut Noeng Muhadjir bersifat interdependensi. Hasan Langgulung mengumpamakan hubungan kedua kalam ini dalam kalimat berikut: Al-Qur'an adalah ensiklopedi bagi alam, sementara alam adalah kamus/tesaurus bagi Al-Qur'an.


Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

Untuk memahami hubungan ketiga istilah penting ini, mari kita mulai dari pemahaman terhadap konsep "iman". Iman artinya percaya atau yakin. Dalam Al-Qur`an misalya QS Ali Imran/3: 114 disebutkan yu'minuna billahi walyaumil akhiri (mereka beriman [percaya/yakin] kepada Allah dan Hari Akhir). Al-Qur`an menjelaskan bahwa mengimani Allah tidaklah sekedar percaya kepada wujud Allah. Tapi lebih dari itu, iman harus melahirkan amal shalih berupa ucapan yang shalih dan sikap/tindakan yang shalih. Kalau hanya sekedar mempercayai wujud Allah, maka kaum kuffar Jahiliyah yang zhalim itu sesungguhnya telah sampai ke tingkat kepercayaan seperti ini.

Firman Allah surat Al-Anfal/8 ayat 2-4 berikut ini contoh yang sangat jelas bahwa "iman" harus menjadi energi ruhaniah yang membangun jiwa dan menggerakkan amal shalih:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِ ذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَا دَتْهُمْ اِيْمَا نًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal," (Ayat 2)

الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ 

"(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (Ayat 3)

اُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّا ۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ 

"Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia."

Bagaimana dengan ilmu? Meskipun dalam ayat di atas tidak disebut kata ilmu secara harfiah, tidak diragukan lagi bahwa ilmulah yang menyampaikan manusia kepada iman dan amal yang shalih. Iman akan masuk melalui hidayah dan makin kokoh dengan ilmu. Dalam ayat di atas, disebutkan: "...apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya...". Ini artinya, jika mereka diperdengarkan ilmu berupa ayat qauliyah maka hati orang beriman gemetar, dan jika ayat qauliyah itu dibacakan kepada mereka, maka iman mereka bertambah kuat.

Oleh karena itu, prinsip umum yang sangat jelas dapat dipahami dari Al-Qur`an bahwa iman, ilmu dan amal bersifat integral dalam kehidupan seorang Muslim. Iman yang benar, yang berada dalam hati  manusia (fi qulubikum), akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu beriman. Iman yang benar hanya diperoleh dengan hidayah dan ilmu yang benar. Ilmu yang benar akan mengokohkan iman yang benar.  Selanjutnya, dengan iman dan ilmu yang benar maka akan melahirkan amal saleh yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan. Allahu a'lam.

Catatan:

*Frase hudan linnasi juga ditemukan pada surat Ali Imran/3 ayat 4. Al-Qur`an juga disebut sebagai bayan linnasi dan  mau'izhah lilmuttaqin (QS Ali Imran/3: 138), hudallah (Al-An'am/6: 88), basha`ir min rabbikum dan rahmatun liqaumin yu`minun (Al-A'raf/7: 203). Dalam surat Yunus/10 ayat 57, Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya  telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.


Catatan:

*Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Gambar:

Foto bersama setelah Upacara Hari Santri 22 Oktober 2022 di halaman depan Biro Rektor UIN Syahada Padangsidimpuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH KEMANUSIAAN SEMESTA: PESAN MILAD AISYIYAH 107 TAHUN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته   الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن ولهه  Yth., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah S...