ZIKIR SESUDAH SHALAT: PENJENJANGAN MAKNA TASBIH, TAHMID TAKBIR DAN TAHLIL (Bag. 3)



Pada artikel singkat bagian 2 sebelumnya dijelaskan bahwa berdasarkan persepsi dan pemahaman yang dapat ditarik dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, ternyata zikir tasbih 33x, tahmid 33x, takbir 33x dan ditutup (disempurnakan) dengan tahlil (la ilaha illallahu wahdahu la syarikalah...) memiliki penjenjangan makna. Hal ini lebih akan terpahami lagi jika lafaz-lafaz zikir dimaksud dipahami dalam hirarki (tingkatan) konsep takhalliy, tahalliy, dan tajalliy dalam tasauf.

Bagian 3 ini hanya sekedar menunjukkan bahwa selain lafaz-lafaz tersebut mengandung hirarki makna,  juga mengandung keterkaitan makna yang utuh dari lafaz yang satu ke lafaz berikutnya.

Berikut penjelasannya:

Pendakian pertama untuk mencapai kemerdekaan dari syirik adalah tasbih. Makna hakiki lafaz tasbih adalah pembersihan persepsi, pandangan dan pikiran hamba dari syirik. Ingat firman Allah: Subhanallahi 'amma yusyrikun (Maha Suci Allah dari segala yang mereka persekutukan). Seorang hamba yang sudah berhasil membersihkan dirinya dari segala persepsi, pandangan, pemikiran dari syirik dengan melafazkan tasbih (subhanallah) dengan sempurna (memahami hakikatnya), maka kondisi ini akan membuka pintu baginya ke maqam (posisi, tingkatan) syukur dengan melafazkan tahmid (alhamdulillah). Sebaliknya jika tasbih ini belum berhasil membersihkannya dari syirik, maka ia tidak akan sampai ke hakikat tahmid, yaitu syukur.

Selanjutnya, hamba yang berhasil mencapai tahmid (lafzhan wa ma'nan= lafaz dan maknanya) ini, yang ditandai dengan terbentuknya kesadaran insaninya sebagai 'abdan syakura (hamba yang bersyukur), maka jalan pendakiannya akan sampai ke tingkat kemerdekaan dan kebebasan yang sempurna dari segala kemusyrikan, sehingga menjadilah sebagai hamba Allah yang hanif (hanifan musliman= Muslim yang lurus) dan hamba yang ikhlas (mukhlishina lahu ad-dina). Pada kondisi demikian inilah ---secara tepat dan utuh--- ia dapat naik dan sampai pada maqam takbir dengan mengucapkan lafaz Allahu Akbar. Takbir merupakan simbol kemenangan dan kebebasan dari syirik. Takbir juga simbol kesadaran bahwa setiap hamba bergantung secara total kepada Allah SWT. Lebih dari itu, takbir juga simbol keberanian mencegah keburukan dan menegakkan kebenaran

Ucapan pamungkas hamba-hamba Allah yang telah sampai ke maqam (tingkatan) takbir ini adalah lafaz tahlil berikut ini: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir (Tiada tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki segala kekuasaan, dan Dia pula yang memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).

Lafaz tahlil dimaksud dapat dimaknai sebagai lafaz proklamasi kemerdekaan hamba dari segala bentuk syirik baik khafiy (halus, tersembunyi) maupun jaliy (jelas, terang-terangan). 

Hamba-hamba Ar-Rahman yang membaca zikir tasbih, tahmid, takbir dan tahlil ini --- tentu saja dengan tadharru', khufyah, khauf dan thama'--- maka dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR Muslim dan Ahmad). Allahu a'lam bi al-shawwab.

Catatan

tadharru' (rendah hati), khufyah (lemah lembut), khauf (rasa takut), dan thama' (penuh harap).

Gambar

Bersama Rektor dan dua Musyrif Ma'had Al-Jami'ah di Mesjid Ulul Ilmi UIN Syahada Padangsidimpuan selepas shalat Zuhur 29 Agustus 2022.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH KEMANUSIAAN SEMESTA: PESAN MILAD AISYIYAH 107 TAHUN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته   الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن ولهه  Yth., Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah S...