Sabtu, 03 September 2022

SHALAT MEMBAWA KEPADA PENGETAHUAN 'IRFANI



"Bagaimana tidak membawa kepada pengetahuan 'irfani? Bukankah Shalat berisi lafaz-lafaz pilihan yang bersumber dari wahyu dan mengandung makna ruhaniah yang amat sangat dalam?"


Shalat yang terdiri dari gerakan dan lafaz bacaan tertentu yang masyru' (disyari'atkan), jika dikerjakan dengan sungguh dan konsisten sepanjang hayat akan mengantarkan setiap mukmin kepada taqarrub (kedekatan ruhaniah) yang semakin dekat dengan Allah SWT. Suatu bentuk kedekatan yang tidak dapat dilambangkan dan dijelaskan secara empirik dan  rasional. Bertalian dengan kedekatan itu, seorang mukmin juga memperoleh pengetahuan 'irfani (pengetahuan ruhaniah tentang Allah) yang semakin dalam. Pengetahuan jenis ini berupa pengetahuan yang perolehannya melalui qalbu (hati) yang suci tentang Kemahabesaran, Kemahasucian, Kemahaagungan Allah SWT, dan keindahan nama-nama Allah lainnya sebagaimana terangkum dalam Asma' al-Husna (nama-nama Allah yang indah).

Shalat, setelah kita mengikhlaskan hati untuk menyembah Allah semata (yang juga bermakna membersihkan hati dan jiwa dari segala kesyirikan dengan cara pemasrahan diri yang tulus dan total kepada Allah), maka dimulailah amaliyah shalat dari berdiri tegak menghadap Kiblat dengan mengucapkan lafaz takbir, Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Ketika seorang hamba ('abid) mengucapkan takbir, maka nalar-pikirnya berjalan menuju lubuk ruhani sehingga terbentuklah pemahaman 'irfani yang indah-berseri tentang Kemahabesaran dan Kemahaagungan Allah SWT. Takbir ini diulang berkali-kali setiap shalat fardhu maupun sunnat. Pengucapan berulang-ulang takbir ini dengan tadharru' (rendah hati) dan khufyah (lemah lembut) tentu akan semakin menghunjamkan nalar 'irfani seorang yang beribadah terhadap Kemahabesaran Allah SWT. Pada saat yang sama, seorang hamba pun semakin menyadari betapa kecil, kecil dan sangat kecil serta tidak berdayanya dia di hadapan Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung.

Setelah bertakbir, seorang hamba dituntun membaca doa iftitah yang penuh makna, seperti, Allahu Akbar kabira, Wajjahtu atau Allahumma ba'id. Doa "Wajjahtu" menegaskan arah dan tujuan hidup kita hanya kepada Allah. Doa ini juga menyadarkan pikiran, jiwa dan hati kita untuk berpasrah diri yang ikhlas hanya kepada Allah. Shalat, pengorbanan, hidup dan mati kita hanya untuk Allah. Kita juga menegaskan bahwa tidak ada syerikat bagi Allah dan kita tegak lurus dengan perintah ini, sehingga kita pun selanjutnya menyatakan dengan yakin bahwa kita bagian dari hamba Allah yang patuh, tunduk dan berserah diri kepada-Nya (wa ma ana minal muslimin). Tak hanya sampai di situ kita pun memohon agar semua dosa kita diampuni, juga ditunjuki kepada akhlak terbaik, dan kita tutup wajjahtu ini dengan pernyataan ruhaniah bahwa kita datang memenuhi seruan Allah untuk senantiasa bersama Allah serta memohon ampun dan bertobat kepada-Nya. (Lafaz Wajjahtu yang lengkap dapat dilihat dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim). 

Doa wajjahtu ini diajarkan oleh Rasulullah seiring dengan diturunkannya wahyu yang mengajarkan tentang tauhid yang ikhlas dan hanif. Secara sosiologis, wahyu ini ini turun dalam konteks dakwah Nabi berhadapan dengan kemusyrikan kaum Jahiliyah Makkah. Oleh karena itu, wajjahtu ini terasa sangat relevan dibaca saat-saat kondisi hidup kita berhadapan dengan kesyirikan atau kita berada di tengah manusia yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah.

Bagi hamba yang membaca Allahumma ba'id, di sini ia bermohon kepada Allah agar dijauhkan dari dosa-dosa sejauh-jauhnya sebagaimana jauhnya Timur dan Barat, juga dibersihkan dan disucikan dari segala kotoran dosa dimaksud, sehingga ia dapat benar-benar menjadi hamba yang bersih dari segala dosa di hadapan Allah. Doa ini diduga kuat (hanya Allah yang tahu) diajarkan oleh Rasulullah setelah hijrah. Yakni saat orientasi dakwah beliau sudah bergeser kepada pembinaan kualitas keagamaan ummat. Pada masa-masa seperti ini, tampaknya beliau dengan para sahabat tidak lagi fokus untuk  konfrontasi dengan kemusyrikan.  Dengan demikian Allahumma ba'id ini tampaknya sangat relevan dibaca oleh hamba yang berupaya untuk fokus pada tazkiyatunnafsi (penyucian jiwa). 

Tunjukan utama kedua do'a iftitah ini, yang pertama adalah suatu pengetahuan 'irfani menjadi Muslim yang hanif (lurus) dan bersih dari dosa syirik, dan kedua adalah Muslim yang suci bersih dari segala dosa. Pengulangan yang terus menerus terhadap masing-masing doa iftitah ini akan membawa nalar spiritual seorang hamba kepada pemilikan pengetahuan tentang makna kehanifan dan kesucian yang semakin nyata dan dalam.

Demikianlah selanjutnya perjalanan shalat kita yang sarat dengan lafaz bacaan yang penuh makna pada semua fase perhentian gerakan shalat (thuma'ninah), hingga kita akhiri dengan salam. Susunan dan letak setiap lafaz bacaan shalat itu tentu saja memiliki kedalaman dan keindahan maknanya sendiri-sendiri. Keseluruhannya mengantar setiap hamba yang khusyuk kepada puncak pengetahuan 'irfani (ma'rifatullah). Jika hamba semakin khusyuk dalam Shalat, maka pintu-pintu ma'rifatullah (pengetahuan tentang Allah) semakin terbuka lebar, dan pendakian ruhaniahnya pun akan semakin tinggi hingga semakin dekat dengan Allah SWT. Allahu a'lam bi al-shawwab.

Gambar : 

Atas : Rapat Koordinasi Pelaksanaan Anggaran

Bawah: Monitoring Perkuliahan hari pertama. .

(Kedua kegiatan ini dilaksanakan pada 01 September 2022)


5 komentar:

  1. sehingga kita pun selanjutnya menyatakan dengan yakin bahwa kita bagian dari hamba Allah yang patuh, tunduk dan berserah diri kepada-Nya (wa ma ana minal muslimin).
    Izin Kanda, kata (wa ma ana minal muslimin) mungkin salah pengetikan Kanda 🙏

    BalasHapus
  2. Berapa kali membaca takbir yang 17 rokaat itu..bisa dikaitkan dgn dgn jml. 33 tsbih dan 33 tamid dan takbir setelah fadu dan bukan solat Sunnah afwan

    BalasHapus
  3. Angkat dua tangan saat takbir sebagai isyarat pengagungan kpd Alloh.kenapa tdk lanjut sampai mau rikuk.ttp diletakkan di atas pusat di bawah dada mohon penjeasan sufinya

    BalasHapus