Di antara ayat Al-Quran yang dititahkan oleh Rasulullah Saw., menjadi bacaan zikir sesudah shalat yaitu Ayat Kursiy (Al-Baqarah: 255) dan Mu'awwidzat (surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq dan surat An-Nas). Hal ini didasarkan kepada hadits-hadits berikut:
Abu Umamah r.a., berkata, : Rasulullah Saw bersabda, " Barang siapa membaca ayat Kursiy pada setiap akhir shalat fardhu, tidak ada hal yang dapat mencegahnya untuk masuk surga sampai ia mati." (HR Thabrani).
Dalam Al-Mu'jam al-Kabir, III: 83, No. 2733, Thabrani meriwayatkan dari Ali lafal hadits berikut:
من قرا اية الكرسي فى دبر الصلاة المكتوب كان فى ذمة الله الى الصلاة الاخرى
Barang siapa membaca ayat al-Kursi sesudah shalat fardhu, dia berada dalam perlindungan Allah hingga shalat berikutnya.
'Uqbah bin Amir berkata,"Rasulullah Saw., menitahkan kepadaku agar membaca mu'awwidzatain setiap selesai shalat. Sedangkan lafaz hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud berbunyi, "Agar membaca mu'awwidzat". (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang diterima oleh 'Uqbah bin Amir Al-Juhani disebutkan bahwa Rasulullah menyuruh dan menuntun beliau untuk mengucapkan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Setelah Nabi Saw., dan 'Uqbah selesai membacanya, Nabi bersabda: ما تعوذ بمثلهن احد (Tidak ada seorang pun [yang lebih baik] doa perlindungannya dari membaca mu'wwidzat). (HR An-Nasa'i).
Penjelasan lebih lanjut:
Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255) mengandung pengetahuan yang amat penting dan mulia (asyraful ma'rifah) yaitu bahwa hanya Allah sematalah Ilah (sembahan). Tidak ada sembahan yang lain selain Allah. Ia hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya tanpa tertimpa kantuk dan tidur sebagaimana dialami manusia. Ilah yang demikian ini adalah pemilik segala yang ada di langit dan di bumi. Ia tidak membutuhkan pertolongan (syafa'at) siapa pun. Ia justru pemilik syafaat itu. Tidak ada suatu makhluk pun baik dari kalangan jin dan manusia yang dapat memberi syafa'at (pertolongan) kecuali atas izin-Nya. Ilah ini juga mengetahui apa yang tampak dan tersembunyi dari makhluk-Nya. Tak ada seorang pun yang dapat menggapai ilmu-Nya kecuali hanya bagian yang Ia kehendaki. Kekuasaan-Nya seluas langit dan bumi. Tidak ada beban sedikitpun bagi-Nya untuk memelihara dan mengaturnya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Setelah qalbu kita menyelam Kemahaagungan Tuhan dalam lubuk 'irfani Ayat Kursiy, kita menyelam lebih dalam hingga ke lubuk Al-Ikhlas. Sesuai dengan nama lubuk ruhaniah yang disebut terakhir ini, di sini kita menemukan dan sampai pada pengetahuan (ma'rifat) ruhaniah yaitu tauhid yang murni. Ma'rifat kita tentang Allah di lubuk ini lebih ditegaskan lagi, bahwa Dia-lah Allah yang Ahad. Allah yang menjadi tumpuan dan tempat bergantung semua makhluk. Dia tidak beranak dan tidak pula dilahirkan. Dan tidak ada suatu wujud pun yang setara dengan-Nya.
Dalam kondisi kemurnian tauhid ini, kemudian kita masuk ke lubuk Al-Falaq untuk bermohon kepada Allah, Tuhan yang menguasai fajar (Subuh), dari kejahatan makhluk, dari kejahatan yang muncul dari keadaan malam yang gelap gulita, dan dari kejahatan tukang sihir yang mengirim keburukan dengan cara menghembus buhul-buhul tali. Dan dari kejahatan pendengki apa bila ia dengki. Selanjutnya kita meneruskan permohonan dengan masuk ke lubuk An-Nas untuk memohon perlindungan kepada Allah, Tuhan manusia, Penguasa manusia, dan Sembahan manusia dari kejahatan setan yang membisikkan (baca juga: menginspirasikan) keburukan ke dalam dada manusia yang berasal dari kalangan jin dan manusia.
Insya Allah, jika kita sungguh dan khusyuk berzikir mengucapkan Ayat Kursiy dan Mu'awwidzat ini, maka sebagaimana sabda Rasulillah di atas, pintu surga yang disediakan Allah akan terbuka bagi kita, dan kita mendapat perlindungan dari berbagai kejahatan dari satu Shalat ke Shalat lainnya. Pun juga kita akan terlindung dari berbagai keburukan/kejahatan yang berasal dari manusia, jin dan makhluk lainnya yang dapat menimpa diri kita. Syarat pokok tentu kita harus terus berupaya melakukan tazkiyatun nafs (penyucian diri) sehingga kita sampai pada kemurnian tauhid dan selanjutnya Allah memberi kemudahan untuk masuk ke lubuk pengetahuan 'irfani (ma'rifat) zikir-zikir ayat Al-Qur'an dimaksud. Dalam kondisi ruhaniah demikian ini Allah tentu Maha Mendengar doa-doa kita. Allahu a'lam bi al-shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar