Tauhid
Kata tauhid adalah bentuk kata benda (isim mashdar) dari wahhada. Wahhada sendirinya artinya mengesakan. Jadi makna bahasa tauhid adalah pengesaan. Maksudnya pengesaan Allah. Lawan kata tauhid adalah syirk (syirik) atau politeistik atau ateistik.
Makna tauhid dapat dilihat pada kalimatuttauhid, yaitu: لا اله الا الله (Tiada ilah selain Allah). Kalimat ini dimulai dari nafiy (peniadaan) dan selanjutnya itsbat (penetapan). Peniadaan itu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, sampai seorang Muslim benar-benar menjadi muslim yang hanif (hanifan musliman), yaitu muslim yang mukhlishina lahuddin (yang ikhlas menjalankan din al-Islam).
Menjadi Muslim yang hanif tentu tidak mungkin tercapai tanpa mengimani dan bersyahadah kepada Nabi dan Rasul Allah. Karena melalui manusia-manusia pilihan inilah Allah SWT menyampaikan dinullah (agama Allah). Itulah sebabnya, setiap wajib ber-syahadah kepada Allah dan Rasul-Nya:
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا عبده ورسوله
(Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya).
Muslim
Dengan bersyahadat, maka kita menjadi Muslim. Muslim (pasrah atau tunduk kepada Allah), juga bermakna tunduk kepada hukum-hukum Allah (اسلم وجهه لله). Konsekuensi lebih lanjut ketundukan ini yaitu mengimani Kitab Allah, yaitu menjadikan Al-Quran sebagai way of life, petunjuk dan pembimbing seluruh aspek hidup dan kehidupan.
Al-Quran bagi seorang Muslim tidak saja mengandung petunjuk agama tapi juga petunjuk keilmuan dan peradaban.
Tauhid dan Pendidikan
Dalam KBBI pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Kata pendidikan mengandung makna pengadaban, pencahayaan, atau pemanusiaan.
(Sumber: Wahdi Sayuti, "Ilmu Pendidikan Islam: Memahami Konsep Dasar dan Lingkup Kajian" https://wahdi.lec.uinjkt.ac.id/articles/ilmupendidikanislam).
Dalam Islam, para Nabi dipandang sebagai murabbi, muaddib, muzakki, mu'allim, mudzakkir, mudarris dan sebagainya.
Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tugas Nabi dalam konteks pendidikan sbb:
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُ مِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْحِكْمَةَ وَاِ نْ كَا نُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata," (QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 2).
Tauhid sebagai Asas dan Filosofi Pendidikan Islam
Di atas dijelaskan bahwa tauhid (pengesaan Allah) menghendaki pemasrahan dan ketundukan yang ikhlas seorang Muslim kepada Allah. Dalam konteks pendidikan, sebagai konsekuensi logis ber-tauhid, seorang Muslim menjadikan wahyu Ilahi sebagai petunjuk pengembangan pendidikan.
Pada tingkat yang paling asasi, Allah menjadi ghayatuna wa hadafuna (orientasi dan tujuan kita). Dengan demikian keseluruhan aktifitas akal, jiwa dan jasad kita harus ditujukan kepada Allah. Hal ini sebagaimana pernyataan doa pembuka yang kita ucapkan dalam Shalat:
ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين
(Sesungguhnya Shalatku, pengorbananku, hidupku dan matiku untuk Allah, Tuhan semesta alam).
Dengan perspektif filosofi yang demikian, maka keseluruhan pemikiran, konsep, teori dan praktik pendidikan mesti diasaskan kepada nilai-nilai tauhid.
Dari sisi konsep, kita perlu mendeduksi nilai-nilai tauhid dalam:
- Filosofi dan paradigma pendidikan
- Perumusan visi, misi dan tujuan pendidikan
- Perumusan kurikulum pendidikan
- Perumusan konsep institusi pendidikan
- Perumusan konsep praktik pendidikan
Bunga Kamboja sedang mekar depan rumah di Perm. Sidimpuan Indah Lestari, Palopat PK, Padang Sidempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar