Sabtu, 24 September 2022

MENCARI MAKNA 'IRFANI TIGA KALI MENYEBUT SALAM SAAT DUDUK TAHIYAT AKHIR DALAM SHALAT


"Pada salam yang pertama, seolah-olah kita bertemu langsung secara ruhaniah dengan Rasulullah Saw., kemudian kita bersalam kepadanya. Di sini "aku" berjumpa dengan "engkau" dalam jamuan ruhaniah yang qudus. Lalu "aku" dalam perjumpaan ini mengucapkan salam, "Assalamu 'alaika ayyuhan nabiy..." (Semoga salam atas-"mu" wahai Nabi...)."
*******

Salam
Salam (سلام) dari kata kerja bentuk lampau sa-li-ma artinya aman, damai, selamat, sejahtera. Ketika kata ini diucapkan dengan lafaz as-salamu 'alaikum, maka maknanya akan berubah menjadi do'a, yaitu "Semoga kedamaian/keselamatan/kesejahteraan atas kalian". Nilai yang dikandung oleh lafaz as-salam secara hakiki juga mengandung makna "bahagia lahir-batin". Jadi, ketika disampaikan ucapan as-salamu 'alaikum kepada orang lain,  disamping bermakna seperti disebut di atas, juga bermakna "Semoga kalian bahagia lahir-batin". Doa ini lebih sempurna lagi jika ditambah dengan ungkapan warahmatullahi wabarakatuh. Dengan tambahan ini maka salam tersebut akan bermakna: "Semoga salam (bahagia lahir batin) terlimpah atas kalian, begitu juga rahmat Allah dan keberkahan-Nya."


Mencari Makna Irfani Salam pada Duduk Tahiyat Akhir
Duduk tahiyat akhir adalah pekerjaan terakhir dalam shalat sebelum menutup shalat dengan salam. Seingat penulis dalam salah satu buku yang ditulis oleh Imam Khomeini ---semoga tidak salah--- beliau berpandangan bahwa duduk Tahiyat Akhir ini bagaikan berada di puncak spiritual. Ibarat mi'raj, seorang yang sudah sampai pada tahiyat dalam shalat ini bagaikan berada di langit ketujuh. Ia duduk dengan sikap tawarru' dan tadharru' (duduk dengan sikap warak dan rendah hati) di hadapan Allah Rabb 'Arsy Yang Agung. Dalam kondisi seperti ini, ia melanjutkan munajatnya dengan melafazkan doa penghormatan sepenuh hormat: 
التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله
atau bacaan berikut:
 التحيات لله والصلوات والطيبات 

"Segala kehormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan milik Allah/ 

Segala kehormatan milik Allah, begitu pula shalawat dan kebaikan."

Setelah lafaz penghormatan (ta'zhim at-ta'zhim) kepada Allah Tuhan 'Arsy yang Agung: "Segala kehormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan milik Allah", kita pun melanjutkan munajat kita dengan mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam:

السلام عليك ايها النبي ورحمة الله وبركاته

"Semoga salam atasmu wahai Nabi, juga rahmat Allah serta berkahnya.

Pada salam yang pertama ini, seolah-olah kita bertemu langsung secara ruhaniah dengan Rasulullah Saw., kemudian kita bersalam kepadanya. Di sini "aku" berjumpa dengan "engkau" dalam jamuan ruhaniah yang qudus. Lalu "aku" dalam perjumpaan ini mengucapkan salam, "Semoga salam atas-"mu" wahai Nabi."

Salam kedua adalah permohonan salam kepada kami/kita yang beribadah:

السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين

"Semoga salam atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih."

Dengan mendahulukan salam kepada Nabi, selanjutnya ---seolah-olah disaksikan oleh Nabi yang mulia--- kita menyampaikan doa kepada Allah, "Semoga pula salam tercurah kepada "kami" (yang sedang shalat) dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih." Hamba-hamba yang shalih di sini tak berbatas waktu dan tempat. Oleh karena itu dapat dimaknai seluruh hamba yang shalih yang sudah wafat dan masih hidup.

Salam ketiga adalah salam ketika kita benar-benar kembali ke dunia empirik. Salam ke arah kanan dan kiri. Salam ini menandai berakhirnya shalat. Salam ini ditujukan kepada seluruh makhluk Allah yang tunduk kepada Allah, baik dari kalangan malaikat, jin, maupun manusia yang posisinya berada di sebelah kanan dan sebelah kiri.

Selanjutnya, seorang yang shalat menyeru Allah dengan sebutan As-Salam dalam zikir sesudah shalat: Allahumma antas salam, wa minkas salam, tabarakta ya dzaljalali wal ikram (Ya Allah, Engkaulah As-Salam, dariMulah diperoleh as-salam, Maha Berkah Engkau, wahai Pemilik Keagungan dan Kemuliaan). Hal ini menegaskan pentingnya mendapatkan as-salam. Jika seorang mukmin memperoleh as-salam, maka ia telah berada dalam naungan ridha Allah dunia dan akhirat. 

Seorang hamba yang munajatnya diridhai dan diterima Allah, maka dalam kehidupan ini, ia pun menebarkan salam. Bahkan meskipun ia diremehkan oleh orang-orang jahil. Ingat firman Allah: Wa idza khathabahum al-jahiluna qalu salama (Jika orang-orang jahil menyapa mereka (dengan sapaan yang remeh/merendahkan), maka mereka meresponnya dengan ucapan salam (damai, menyejukkan). Allahu a'lam bi al-shawwab.

Gambar:
Bandara Kualanamu, diambil dari pesawat Batik Air ID8890 saat landing 24 September 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar