Anhar Nasution:
*Pesan Teoantropoekosentris*
Inilah salah satu ayat dari sekian banyak ayat Al-Quran yg berkaitan yg secara eksplisit menekankan agar pembelajaran Sains berujung pada penguatan keyakinan siswa/mahasiswa akan pertemuan dengan Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَللّٰهُ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَا لْقَمَرَ ۗ كُلٌّ يَّجْرِيْ لِاَ جَلٍ مُّسَمًّى ۗ يُدَبِّرُ الْاَ مْرَ يُفَصِّلُ الْاٰ يٰتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوْقِنُوْنَ
"Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 2).
Jika narasi sains Barat "menjauhkan Tuhan", maka narasi sains kita dalam perkuliahan "wajib menyebut dan mengeksplisitkan pesan-pesan Ilahiyah/Ketuhanan."
Sains Barat bertujuan untuk sains itu sendiri, Sains umat Islam bertujuan "taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah."
Zilfaroni:
Pada dasarnya Al-Quran menyetujui antroposentrisme dan ekosentrisme sebagai landasan penyelamatan lingkungan. Musuh besar dari teoantropoekosentris ini ternyata "MERUSAK".
Tetapi prinsip yang harus dipegang, adanya hubungan timbal balik dan pasti ada perbedaan diantara ketiganya, al-Haq tetap al-Haq, manusia tetaplah manusia dan alam tetaplah alam. Semua makhluk memiliki kesakralan tersendiri dan harus dihargai.
Dan kerusakan pada sisi "Theo" menyebabkan klaim binatang kepada manusia, gangguan psikis tanpa obat, bahkan sebagian alam dan manusia yg dimusnahkan dahulu kala diakibatkan oleh rusaknya "Theo"
And so....what is our home work??
Irwan Saleh Dalimunthe:
Yang pasti memang seperti yg pernah diurai Cak Anhar bahwa masyarakat kampus kita mesti mahir memanfaatkan pendekatan Burhani (Rasio-Emperikal) dengan Bayani (Penjelasan Ajaran) yang di ayomi dan diadon pada nuansa 'Irfani (kesadaran nurani). Sebab bila tidak mereka yg hanya mahir Burhani terjebak pada Sekularisme-materialisme, yang Bayani bisa Zohiriyah dengan segala sifat kakunya. Maka 'Irfani mampu memberi jembatan manakala mau memdekati konsep pikiran dan Thoriqohnya para 'Arifin yang memahirkan diri pada proses pencarian Taqorrub ila Alloh tadi lewat krangka Tasauf-Falsafi. Sehingga akan menjadi integral dalam memandang Alam dan Manusia sebagai Tajallinya Allah yang tidak mungkin berpisah-pisah...hingga duduk prinsip dasar Aqidah (ikatan) dalam pandangan Tauhid Uluhiyah, Rububiyah, dan Ubudiyah...yg pasti IAIN menuju UIN memberi Pekerjaan Akademik menantang dan menjadi Ujian buat masyarakat di kampus hijau sihitang...sehingga tidak berbuah hasil atau potret kabur seperti di foto....🤠🙏🙏🙏
Anhar Nasution:
Respon terhadap Irwan Saleh Dalimunthe:
Setuju sekali bang.
Semua ilmu itu kan nama-nama atau simbol-simbol. Pada Fisika-Biologi-Kimia, banyak sekali simbol-simbol. Pembacaan dan penarasian kita terhadap nama-nama atau simbol-simbol itu, secara aksiologis harus mengantarkan siswa/mahasiswa ke puncak ilmu, yaitu ma'rifatullah (mengetahui Allah dg hati). Di sinilah pentingnya pendekatan *'irfani* itu bagi dosen-dosen sains.
Ayo dosen-dosen sains, atau siapa pun yg menarasikan sains mendiskusikan dan memahami terus-menerus epistemologi bayani-burhani-irfani itu.
Jika tidak, istilah Malik Badri, kita akan tetap berada di lubang buaya epistemologi Barat.🙏😊
Secara sederhana, cara kerja epistemologi 'irfani itu sbb:
Dosen membawa narasi dan diskusi sains ke tingkat yg lebih tinggi.
Ingat bhw dunia sains itu adalah dunia bentuk/simbol. Bentuk atau simbol atau penomena sains itu pasti memiliki makna. Semua penamaan atau penyimbolan manusia dalam dunia sains itu adalah ayat-ayat (tanda-tanda) Allah.
*Ketika seorang dosen memasuki pembicaraan "makna", maka dosen telah membawa mhs ke gerbang 'irfani.* Qalbu mhs akan merasakan ada Tuhan dlm sains.
Kurang lebih, contoh spt inilah yg diharapkan paradigma teoantropoekosentris itu.
Respon terhadap Zilfaroni:
Mantap...👍 Pekerjaan rumah kita yg mendesak tampaknya mengislamikan paradigma keilmuan kita masing-masing lbh dulu, sehingga semua dosen kita berparadigma tauhidiy.
Selanjutnya menguatkan bangunan epistemologi keilmuan teoantropoekosentris (ilahiyah-insaniyah-kauniyah).
Hal ini tentu butuh gerakan dan kegiatan cerdas.
Ini sekedar masukan sj untuk didiskusikan🙏😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar