Gambar: Berturut dari kiri yaitu Dr. Anhar, M.A., Dr. H. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag., Dr. H. Sumper Mulia Harahap, Lc., M.Ag., dan Dr. Darwis Harahap, M.Si.
Mengapa dosen-dosen PTKI wajib mengislamkan atau mentauhidkan paradigma (mode berpikir) keilmuannya? Jawabannya agar sekularisme atau ateisme pandangan tentang asumsi-asumsi filosofis ilmu pengetahuan tidak mencoraki bangunan berpikir dosen.
Dengan cara demikian, batang air keilmuan yang dimiliki dosen akan mengalir dalam alur sungai keilmuan yang menyuburkan iman dan takwa mahasiswa atau siapa pun yang menikmati sajian keilmuannya.
Sebaliknya, jika paradigma keilmuan dosen tercoraki oleh paradigma ilmu yang sekularistik atau ateistik, maka seorang dosen akan menjauhkan mahasiswa dari pengagungan dan penyucian (ta'zhim dan tasbih) Allah SWT.
Paradigma keilmuan sekuler, apalagi ateistik --- secara aksiologis---mengakibatkan pekerjaan pencerdasan akan terhambat mengantarkan mahasiswa kepada tujuan sejati pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlu diingat bahwa tujuan akhir keilmuan harus dalam rangka ma'rifatullah (pengetahuan tentang kebesaran, keagungan, kesucian, kemuliaan, kesempurnaan dan kemahakuasaan Allah SWT).
Semestinya disiplin ilmu apa pun yang "dibacakan" atau diajarkan harus mengalir dalam arus ilmu yang menguatkan iman dan takwa peserta didik. Jika tidak demikian, maka pada hakikatnya arus keilmuan pendidik (guru/dosen) telah berada di luar arus penuhanan (pentauhidan) Allah SWT.
Oleh karena itu, keislaman kita tidak cukup pada level syariat dalam arti sempit, tapi juga harus sampai pada level paradigma berpikir tentang ilmu dan pengembangannya.
Pengislaman paradigma keilmuan ini mutlak dilakukan dan digerakkan oleh semua dosen PTKI. Jika tidak, maka paradigma keilmuan kita sama saja dengan paradigma intelektual Barat yang sekuler bahkan ateistik.
Berdasarkan argumentasi demikian, dalam konteks problematika keilmuan pada PTKI di Padangsidimpuan, maka integrasi keilmuan teoantropoekosentris yang diinisiasi oleh Prof. Ibrahim Siregar mesti menjadi gerakan bersama sivitas akademika IAIN Padangsidimpuan.
Demikian narasi singkat yang terinspirasi dari Webinar Internasional "Seminar on Islamic Epistemology" yang dilaksanakan oleh IAIN Madura bekerja sama dengan IIIT perwakilan Indonesia, Sabtu 29 Agustus 2020. Berkenan sebagai nara sumber yaitu Prof. Kamal Hassan (IIU Malaysia), Prof. Mulyadhy Kartanegara (UIN Jakarta) dan Dr. Irfan Syauki Bek (IPB Bogor). Turut sebagai peserta dari IAIN padangsidimpuan di antaranya Prof. Ibrahim Siregar, MCL., Drs. Irwan Saleh Dalimunthe, M.A., Dr. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag., Dr. Anhar, M.A., dan Dr. Magdalena, M.Ag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar