Rabu, 14 Desember 2022

METODOLOGI PENALARAN INDUKTIF-IRFANI DALAM PEMAHAMAN ILMU KEISLAMAN DAN KEMUNGKINANNYA DALAM ILMU SOSIAL, HUMANITIS DAN SAINS



Pengertian

Metode induktif adalah metode penalaran yang bertujuan mencari kesimpulan umum (substantif, prinsip) dari hal-hal/fakta-fakta partikular. Sementara, 'irfani adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi dan perenungan qalbu (batin) terhadap objek-objek ilmu pengetahuan yang menjadi fokus kajian. 

Penalaran induktif yang dipadu dengan epistemologi 'irfani dimaksudkan sebagai metode penalaran yang bertujuan memperoleh kesimpulan berupa makna batiniah yang bersifat umum (substantif, prinsip) dari hal-hal atau fakta-fakta objektif ilmu pengetahuan. Kesimpulan seperti ini dapat disebut sebagai kesimpulan induktif-'irfani.


Kelanjutan Bayani dan Burhani

Epistemologi bayani adalah pemahaman objek (nash/teks) dengan penerapan kaidah ilmu bahasa. Sementara, epistemologi burhani adalah pemahaman objek (nash/teks) dengan penerapan kaidah-kaidah ilmiah seperti sejarah, sosiologi, antropologi, dan hermeneutika. 

Epistemologi bayani mengantarkan capaian pengetahuan pada makna kebahasaan atau tafsir lughawi dari objek. Sementara epistemologi burhani menyempurnakan capaian bayani hingga objek terpahami secara kontekstual. Pemahaman demikian ini dapat juga disebut sebagai tafsir kontekstual-saintifik terhadap objek.

Epistemologi bayani dan burhani masih berada pada wilayah akal (rasio). Oleh karena itu, tidak salah jika dinyatakan bahwa capaian bayani dan burhani masih berada pada wilayah al-'ulum al-'aqliyah (ilmu-ilmu rasional).

Oleh karena itu, untuk sampai pada wilayah ilmu 'irfani, maka selanjutnya mesti melibatkan aspek qalbiyah yang intens. Fase keilmuan yang disebut terakhir ini adalah fase penerapan epistemologi 'irfani.


Pelibatan Aspek Batiniyah (Qalbiyah) yang Intens

Pemahaman objek dengan nalar 'irfani yang intens akan menyampaikan kepada pemahaman konsep-konsep 'irfani yang lebih abstrak, hakiki dan substantif. Pemahaman demikian ini akan semakin menemukan konsepsi atau bentuk-bentuk pengetahuan yang lebih terang jika dibarengi dengan upaya-upaya tazkiyyatunnafs (تزكية النفس) dan praktik-praktik zikir dalam shalat dan luar shalat yang lebih sungguh pula. Jiwa (atau lebih tepatnya qalbu) yang semakin suci akan lebih peka dalam menangkap pengetahuan langsung dari Allah yang muncul secara intuitif (ilhamiy). Secara induktif, konsep-konsep yang dihasilkan oleh bayani-burhani, yang selanjutnya diteruskan dengan pelibatan nalar 'irfani, maka konsep-konsep yang masih rasional ini akan terantar kepada tingkatan-tingkatan abstraksi konsep 'irfani yang lebih hakiki dan substantif.


Operasional Metodologis

Contoh operasional metodologis yang gamblang yaitu tentang pencarian makna substantif tasbih dalam shalat. 

Tasbih ditemukan pada tiga tempat/ keadaan dalam shalat, yaitu saat rukuk, saat sujud pertama, dan saat sujud kedua. Setelah salam, seorang muslim dianjurkan pula bertasbih 33 kali (dirangkai dengan tahmid dan takbir). 

Secara bayani, apa makna tasbih ini? Penjelasan bayani terbaik tentu saja diberikan oleh Al-Quran. Dalam Al-Quran ditemukan sejumlah ayat yang mengandung kosa kata tasbih. Setelah mengumpul sejumlah ayat dimaksud, maka operasi induktif sudah bisa dimulai. Ayat-ayat dimaksud pada tahap awal diposisikan sebagai hal-hal partikular (juz'iyah, rincian), yang untuk selanjutnya ---sambil terus bernalar ke arah pencarian substansi makna dari keseluruhan ayat-ayat tersebut--- secara sirkular-dialektis dilanjutkan pula ke tahap pencarian burhani

Pencarian burhani menerapkan pemikiran kritis ilmiah yang berfokus pada aspek-aspek kontekstual dari masing-masing ayat yang berbicara tentang tasbih. Pada bagian ini, penalaran dibantu dengan kaidah-kaidah ilmiah (metodologi) ilmu, sosiologi, antropologi dan atau hermeneutika. Hasilnya adalah dicapainya pemahaman makna substantif tasbih yang bersifat rasional-filosofis.

Tahapan selanjutnya setelah induksi-bayani dan induksi-burhani adalah induksi-'irfani. Induksi-'irfani dilakukan dengan menyelam lebih dalam pada makna tasbih yang dihasilkan oleh induksi-bayani-burhani. Penyelaman lebih dalam ini dilakukan dengan pelibatan nalar qalbiyah yang intens, sembari bolak-balik mereferen secara imajinatif ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits yang terkait dan pandangan-pandangan sufistik yang relevan dengan objek perenungan. Dalam hal tasbih, yang penekanan maknanya adalah bersih dari syirik, maka dalam operasional metodologis yang digerakkan oleh operasi  induksi-'irfani ini, akan tampak tahap lanjutan konseptualnya yaitu ikhlas (mukhlishina lahuddin). Ikhlas adalah buah tauhid yang murni. Kemurnian di sini, bukan lagi dalam akal, tapi melampaui akal, yaitu dalam qalbu. Bersamaan dengan pengetahuan tentang tauhid yang murni ini diperoleh pula pengetahuan tentang pemasrahan diri yang ikhlas kepada Allah SWT (hanifan musliman).


Kemungkinan Penerapan dalam Penalaran Ilmu Sosial, Humanitis dan Sains

Ada kemungkinan yang terang untuk menerapkan penalaran induksi-'irfani dalam penalaran ilmu sosial, humanitis dan sains pasca penalaran ilmiah dalam ilmu ini dilakukan. Untuk diingat, bahwa penalaran ilmiah berhenti pada terdeskripsikannya fakta, teori, atau hukum ilmiah. Tahap ilmiah ini murni wilayah rasional-empirikal. Seorang peneliti muslim-beriman, dapat melanjutkan ke tahap penalaran induksi-'irfani, yaitu merenungkan makna dibalik fakta, teori, dan hukum ilmiah dengan pelibatan nalar qalbiyah yang intens. Dalam operasional metodologis induksi-'irfani  pada wilayah keilmuan ini, sembari bolak-balik mereferen secara imajinatif ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadist terkait dan juga asumsi-asumsi filosofis ontologis keilmuan perspektif Islam, maka seorang ilmuan muslim-beriman akan sampai kepada pengetahuan tentang fitrah dasar manusia dan alam semesta yang bersujud, tunduk dan menyerahkan diri kepada hukum-hukum Allah (Sunnatullah). Perenungan yang semakin intens, akan dapat membuka peluang untuk mendapatkan pemahaman konsep-konsep 'irfani yang lebih substantif dan dalam dari pengetahuan sosial, humanitis dan sains. Allahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar