Rabu, 13 Juli 2022

IDEALITAS CARA BERIBADAH MUHAMMADIYAH


Beribadah khashshah (ibadah mahdhah) seperti shalat, puasa dan haji bagi Muhammadiyah harus mengikuti dan mencontoh kaifiyat, juz'iyyat, hai'at (tata cara, perincian dan tingkah pola) beribadah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw dan dicontohkan oleh para Sahabat beliau. Informasi tentang ajaran dan contoh ini diperoleh melalui hadis-hadis maqbulah yaitu hadis yang berkategori Shahih dan Hasan. Dengan demikian, untuk urusan ibadah ini, Muhammadiyah tidak mengambil dari hadis-hadis lingkungan lain, misalnya dari lingkungan ahli tasauf yang tidak melalui periwayatan para shahabat. Ahli tasauf tertentu, dikarenakan kedekatan ruhaniahnya dengan Rasulullah, ada yang mengaku bertemu langsung secara spiritual dengan Rasulillah dan langsung pula mendapatkan pengajaran.

Bagi Muhammadiyah, keutuhan dan kesempurnaan ajaran ibadah telah ada pada ribuan lebih hadis beliau. Semua hadis shahih dan hasan yang dinukil dari beliau atau disampaikan oleh beliau kualitas internalnya sama dengan wahyu. Hal ini karena beliau tidaklah menyampaikan agama menurut kemauan hawa nafsunya. Apa yang disampaikannya itu tiada lain kecuali wahyu yang diwahyukan oleh Allah SWT. Ingat firman Allah:

.وما ينطق عن الهوى. ان هو الا وحي يوحى

Artinya: 

Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Quran) itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

Petikan ayat ini tentu saja tidak hanya terkait dengan Al-Quran, tetapi juga inklud ke dalamnya Hadis. Karena Hadis adalah penjelasan (bayan at-tafsir) dari Al-Quran. Oleh karena itu, selain Al-Qur'an, maka hadis-hadis maqbulah bagi Muhammadiyah adalah suci, sempurna dan mulia.

Meskipun terkadang hadisnya singkat (misalnya hadis tentang bacaan tasbih, tahmid dan takbir usai shalat fardhu), maka justru disingkatnya itulah kesempurnaannya. Jika ditambah lagi  atau disela lagi dengan ungkapan zikir lain, maka kesucian dan kesempurnaannya akan terdegradasi. 

Sebagai wujud kecintaan kepada Rasulillah dan kesetiaan kepada kesempurnaan apa yang diajarkannya, maka Muhammadiyah tidak berani menambahkan atau menggabung-gabungkan suatu bacaan atau zikir, jika tidak ditemukan petunjuknya dari Rasulillah Saw.

Dalam hal bagian terbesar umat Islam mengikuti zikir dan doa dari Rasulillah yang di dalamnya ada tambahan atau  selipan bacaan lain, meskipun berasal dari potongan hadis, namun  dikarenakan susunan dimaksud telah merubah susunan kalimat zikir yang asli sebagaimana diajarkan oleh Nabi Saw,  maka Muhammadiyah tidak mengamalkannya dan tidak pula menyatakannya sebagai sesuatu yang batal (salah). Muhammadiyah hanya mengajak agar segala bentuk zikir dan doa tetap terpelihara kaifiyat, juz'iyat dan haiat-nya sebagaimana diterima para sahabat dari Rasulillah Saw. Dalam perspektif fiqih Muhammadiyah, corak pemahaman demikian inilah yang perlu diwariskan kepada generasi ummat Islam. Sekaligus Muhammadiyah mengajak ber-fastabiqul khairat dalam beragama, khususnya dalam ibadah mahdhah ini. Allahu a'lam.

Gambar:

Pantai Losari Makassar. Tampak dari jauh Masjid 99 kubah, 07 Juni 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar