Pada surat Al-Baqarah ayat 2 Allah berfirman, "Dzalika al-kitabu la raiba fihi hudan li al-muttaqin." (Kitab Al-Qur`an ini tidak terdapat keraguan di dalamnya, petunjuk (hudan) bagi orang-orang yang bertakwa). Makna petunjuk dimaksud tidak saja bermakna petunjuk keagamaan tapi juga petunjuk keilmuan. Makna petunjuk keilmuan ini dengan jelas dapat disimpulkan dari ayat-ayat Al-Qur`an sendiri.
Misalnya Qur`an surat Ali Imran ayat 190:
Inna fi khalqi as-samawati wa al-ardhi wakhtilafi al-laili wa an-nahari la ayatin li ulil albab. (Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, benar-benar ayat [tanda-tanda kebesaran Allah] bagi orang-orang yang berpikir). Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa penciptaan langit dan bumi serta penomena alamiahnya berupa siang dan malam adalah ayat Allah (tanda-tanda/simbol Kemahabesaran Allah). Dalam dunia keilmuan, alam semesta berupa langit dan bumi serta berbagai penomenanya menjadi objek kajian/penelitian. Kajian terhadap alam semesta ini melahirkan ilmu pengetahuan yang beragam, di antaranya Fisika, Kimia, Biologi, Ilmu Antariksa, Astronomi, dan sebagainya. Ilmu-ilmu ini ---berdasarkan Ali Imran: 90--- sesungguhnya mempelajari ayat-ayat Allah di alam semesta, yang diistilahkan dengan ayat kauniyah.
Tak kalah menariknya adalah surat Fushshilat ayat 53:
Sanurihim ayatina fi al-afaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu al-haq, awalam yaqfi birabbika annahu 'ala kulli syai`in qadir. (Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?). Ayat ini menegaskan, selain alam semesta, manusia juga adalah bagian dari ayat-ayat Allah. Kajian dan penelitian terhadap manusia melahirkan ilmu-ilmu yang juga beragam, seperti Biologi, Sosiologi, Antropologi, Ilmu Bahasa, dan sebagainya. Ilmu-ilmu ini, dengan demikian, juga mengkaji ayat Allah.
Menariknya surat Fushshilat/41 ayat 53 ini menjelaskan bahwa kesadaran keilmuan terhadap ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta dan pada diri manusia akan mengantarkan si pembelajar kepada pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran wahyu Allah (Al-Qur`an). Dengan demikian, kajian/penelitian tentang alam semesta dan manusia ---secara aksiologis--- mengantarkan si pengkaji ke tingkat ilmu yang lebih tinggi, yaitu pengetahuan kewahyuan. Sinonim dengan pengetahuan kewahyuan ini adalah ma'rifatullah (pengetahuan spiritual tentang Allah), pengetahuan sufistik, dan atau pengetahuan mistis-intuitif. Albert Einstein pernah mengatakan bahwa pengetahuan yang utuh (sempurna) adalah perpaduan pengetahuan rasional-empirikal dan mistis-intuitif.
Dari surat Fushshilat ayat 53 ini juga dapat ditarik simpulan lain bahwa objek ilmu pengetahuan itu berupa ayat kauniyah (alam semesta), ayat insaniyah (manusia) dan ayat ilahiyah (wahyu/Al-Qur`an). Ketiganya adalah ayat-ayat yang bersumber dari Allah. Dari sinilah dapat dimengerti bahwa semua ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya bersumber dari Allah dan bertujuan akhir untuk mengetahui Allah itu sendiri.
Bagi Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary (UIN Syahada) Padangsidimpuan, surat Fushshilat ayat 53 ini menjadi dasar paradigma keilmuan Teoantropoekosentris (Al-Ilahiyah, Al-Insaniyah dan Al-Kauniyah). Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar