Minggu, 20 Maret 2022

DISKUSI WAG DOSEN TETAP IAIN PSP: INTERPRETASI TEOANTROPOEKOSENTRIS

Pesan Teoantropoekosentris

----Saat shalat dan berdzikir, kepekaan nurani kita bekerja dalam kontak ruhaniyah dengan Allah sehingga di antara kita merasakan munculnya pengetahuan 'irfani (intuitif) nan indah yang sulit dituliskan.

-----Begitu pula saat seorang Muslim mendalami Sains. Karena ia sadar babws Sains itu juga ayat-ayat Allah, maka kepekaan nuraninya bekerja lalu memberinya pengetahuan intuitif nan indah yang sama dengan pengetahuan yang diperoleh saat shalat dan zikir.

----- Pemahaman Agama dan Sains sama-sama membutuhkan kesucian qalbu, sehingga akan mudah menangkap ilham ruhaniyah yang rabbaniyah dari Allah SWT.

-----Akhirnya Agama dan Sains bertemu dalam lubuk ma'rifatullah ('irfani) yaitu lubuk pengetahuan ruhaniah yg dalam dan indah tentang Kemahaagungam Asma' Allah.

*****Bapak dan Ibu, mohon izin chat ini disampaikan di grup kita ini.🙏🙏🙏


Tanggapan-tanggapan:

1. Bang Irwan Saleh Dalimunthe

Thesis singkat ini adalah bagian menara puncak sebuah kesadaran Spritualitas nan intuitif. Tapi itu adalah menara dengan ketinggian yang pantastis. Sebagai menara pasti ada lahan terhampar yg memungkinkan disiapkannya fondasi. Lalu di atas fondasi itulah dapat dibangun tiang tiang yang kokoh dengan segala ornamennya sebagai tapak tegaknya menara dengan segala ketinggian... Sesungguhnya menuju puncak itu pasti menempuh proses. Disinilah kita mesti membangun jalan proses menuju "THE BEING". Jalan ke puncak itu selalu secara sederhana dipahami orang thariqoh karena maknanya adalah jalan. Jalan itu ada terminal awal dan banyak terminal terminal yang mesti dilewati. Dalam dunia Pengajaran ada Kurikulum atau Curere (rute yang mau ditempuh) hingga muncul terminal-terminal yang konsepsi adaptip dan implementasinya nanti di Rencana Pembelajaran pada tangan Dosen. 

Menuju Teoantr....itu, tentu sudah dipikirkan kian sebelum di tetapkan. Dan itu sudah "Menara di Ketinggian". Pertanyaannya kemudian adalah dari mana mulainya....dimana lahannya, dari mana bahannya yg berkapasitas, siapa tukangnya yg ok dsb...dsb...

Pekerjaan mengeksekusi Teo...tadi yg sudah menjadi Visi tentu sudah menjadi "Fardhu Kifayah" bagi ummat di kampus yang "Cerdas Berintegritas" itu dibawah arahan para Nahoda...

Itu yg ada dalam pikiran saya Cak Anhar...🙏🙏🙏

2. Umpan balik saya kepada bang Irwan Saleh Dalimunthe:

Benar jamaah sekalian dan bang Iwan. Pengetahuan Irfani itu memang berada di ketinggian dan fantastis. 

----- Tetapi percikan-percikan cahanya itu insya Allah dirasakan secara empirik setiap orang yg memelihara shalatnya.

----- Contohnya saat kita mengucapkan untaian bacaan-bacaan shalat, selalu saja kita merasakan Kemahasucian, Kemahaterpujian dan Kemahabesaran Allah dengan cara yg sulit diungkapkan dg lisan.

----- Hal demikian ini tentu bentuk sentuhan pengetahuan 'Irfani yg diperoleh olh "kepekaan qalbiyah/nurani" kita.

---- Tentu harus diusahakan terus agar jangan hanya memperoleh percikan cahaya Rabbaniyah. Pada saatnya harus dekat ke Sumber Cahaya Rabbaniyah.

Hal yang sama dalam membaca Sains pun, kita sering merasakan Kemahasucian, Kemahaterpujian dan Kemahabesaran Allah. 

---- Insya Allah hal ini percikan cahaya pengetahuan 'irfani.

---- Untuk memperoleh semburan cahaya Rabbaniyah yg lebih besar, maka seorang Saintis harus terus mempertajam kepekaan nuraninya dalam memahami ayat-ayat kauniyah.

---- Seseorang menyarankan, jika saja Saintis ini memelihara shalatnya dengan baik dan menjaga qalbunya dari rongrongan nafsu dg rajin puasa Sunnah, maka kepekaan nuraninya dalam membaca sains akan semakin tajam.

Tampaknya itu salah satu cara sederhana yg dapat ditempuh bang @⁨In Irwan Saleh⁩ dan Bapak Ibu Jamaah WAG yang mulia.

Terkait bagaimana konseptualisasinya dalam kurikulum dan implementasinya dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, perlu kajian tersendiri yang super serius bang.


2. Ustad Zilfaroni

Bayani merupaka sebuah metode berfikir yang berdasarakan pada teks kitab suci (Al-Quran). pendekatan bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam (fiqih islam) dan bagaimana cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih) dengan berbagai variasinya.

Selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir Al-quran. Irfani adalah model penalaran yang berdasarakan atas pendekatan dan pengalaman spiritual langsung atas realitas yang tampak.

Bilik irfani adalah esoteris atau bagian batin, oleh karena itu, rasio yang dugunakan hanya untuk menjelaskan pengalaman spritual. metodologi dan pendekatan irfani mampu menyusun dan mengembangkan ilmu kesufian. Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarakanatas teks suci maupun pengalaman spritual melainkan berdasarkan keruntutan logika. Kebenaran dalam spekulatif metodologi ini persis seperti yang diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada cara kerja empirik. kebenaran harus dibuktikansecara empirik dan diakui menurut penalaran logis.

Pembahasan diatas dapat disimpulkan: Epistemologi ilmu pengetahuan tidak lepas dari tiga hal yaitu mendasarkan pada akal (rasionalis), data kongkrit (empiris), dan mengkompromikan akal dan pengalaman (modernis), bahwa pengetahuan merupakan produk bahkan konstruk akal pikiran manusia dan bukan hanya hasil dari penampakan (disclosure) dari wujud yang telah ada sebelumnya, karena ilmu pengetahuan terkait dengan fenomena yang harus ditangkap melalui pengalaman dan kecerdesan akal.

4. Respon kepada Zilfaroni

Yang kita tahu, begini ustad Zil. 

Kalau pengetahuan (ilmu) itu dipandang hanya yang diolah oleh akal dan indra (pengalaman), maka inilah visi epistemologi Barat.

----Dalam epistemologi Islam, pengetahuan itu diperoleh sebagai hasil konstruksi bersama akal, hati dan indra.

----Pengetahuan akal + indra itu baru pengetahuan tentang bentuk-bentu, simbol-simbol. (Ingat perbedaan bentuk dan materi; jism dan jauhar).

-----Di atas pengetahuan yang masih tingkatan bentuk-bentum atau simbol-simbol ini, masih ada satu tahap lagi yaitu pengetahuan tentang makna-makna.

----Bentuk-bentuk atau simbol-simbol sama dengan ayat-ayat. Makna-makna batini/irfani yg rabbaniyah ayat-ayat itulah yg disebut pengetahuan irfani itu.

Ilmu Fiqh hanya bisa menghasilkan "bentuk-bentuk". Wajib, Sunnah, Mubah, Rukun, Syarat, Kaifiat, dll. Ini semua "bentuk-bentuk". Mengapa fiqh seseorang ketat sekali, karena ilmunya belum tersentuh pengetahuan irfani. Kelapangan yang hakiki itu ada pada irfani kan?


5. Respon balik bang Irwan Saleh

Setuju...ingat anak anak semasa di SMP dan SMA, ada kewajiban Solat berjamaah, ada buku penghubung untuk ngontrol, Salat, Tilawah, Zikir Pagi Sore (al-Maksurat) Qiyam Lail dan Akhlak di Rumah, sepertinya jadi cahaya diri mereka kendati mereka melanjutkan Studi di sarang sekularisme dan beraktivitas dengan multikuktur. Artinya yg dilakukan di Sekolah Sekolah IT adalah bagian menghidupkan Nurani-Irfani. Dengan adanya Asrama Mahasiswa...mungkin Program Bina Iman dan Taqwa (Nurani-Irfani) sudah sangat mudah. 

Lalu yang lainnya, mungkin Perlu dikaji dan ditetapkan formulasinya...

6. Tanggapak Pak Agus Salim Daulay

Nimbrung dikit. Saya bukan dosen filsafat. Tp hemat saya kita masih gagal membangun Teonya, sebagaimana yg dilakukan Rasul priode Makkah. Faktanya banyak mahasiswa kita stlh 2 Smt diasramakan mereka banyak yg tidak lg peduli dg shalatnya. Barangkali perlu ini diteliti dg mendalam. Anak psantrenpun banyak yg tidak peduli dg shalatnya. Krn iman belum kokoh, bgmn mereka menjadi bertaqwa. Dosen2 dan pegawai pun tidak mau menonjolkan simbol2 Isalam dalam diri mereka, sbgm ulama2 dan para filosof terdahulu. Sptnya perlu jg diatur pola pakaian para dosen. Krn performens adalah ciri kepribadian seseorang. Hemat saya percuma kita kaji bayani, burhani dan irfani tp aksinya dalam diri kita tdk mendukung. Mohon maaf jika kurang mengena. Trm ksh.

7. Tanggapan Saya kepada Pak Agus Salim Daulay

Hemat saya keperluan kita kpd kajian bayani, burhani dan irfani yg teoantropoekosentris ini supaya visi filosofis, paradigmatif dan metodologi pengemb keilmuan perg tinggi kita ini jelas dan sesuai dengan peradaban kita.

Shalatnya... betul pak. Perlu diteliti mendalam. Mungkin sekali pengajaran shalatnya masih Fiqh saja. Kalau Fiqh saja, tentu masih ilmu rasional (ilmu bentuk-bentuk). Sentuhan qalbiyahnya (sufistiknya) mungkin kurang. Olh krn kita setuju perlu riset.🙏🙏🙏 


8. Tanggapan balik Pak Agus

Barangkali perlu juga dikaji ulamg program asrama. Apakah sdh berhasil menggembleng teoantropoekosentrisnya. Apakah sdh dasar2nya sdh tertanam pd diri mahasiwa. Kita berbangga dg program ma'hadnya, tp bgmn dg outputnya, bisa dilihat setelah mereka selesai 2 Smt. Apakah sdh berhasil guna dan berdaya guna. Kenyataannya 😂😂😂. Wallohu a'lam.

Catatan:

(Diskusi pada WAG "Dosen Tetap IAIN Psp" tanggal 17 Maret 2022)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar