Jumat, 04 September 2020

INTEGRASI ILMU: BAGAIMANA CARA SEDERHANA INTEGRASI ILMU DALAM PERKULIAHAN?

Dalam tulisan singkat sebelumnya, saya menjelaskan bahwa pengintegrasian ilmu agama dan sains (atau sains dan agama) itu wajib diterapkan oleh setiap guru dan dosen Muslim dalam perkuliahan. Mengapa wajib? Karena konsep integrasi ilmu inilah (dapat juga dibaca: tauhid ilmu) yang menjadi petunjuk Al-Qur`an dalam pengembangan ilmu. Jika seorang guru atau dosen tidak menerapkannya, maka ia telah jatuh kepada pemilahan/pemisahan ilmu Allah atau ayat-ayat Allah sebagaimana yang dipertontonkan ilmuan Barat sekuler. Pemilahan inilah yang disebut dikhotomi atau dualisme keilmuan itu. Jadi guru atau dosen harus menghindar dari bangunan ilmu yang dikhotomik/dualistik ini.

Apa yang dimaksud ilmu Allah ('ilm ilahiy)?

Sebelum masuk ke penjelasan ilmu Allah ini, perlu ditekankan suatu keyakinan keilmuan yang harus tertanam kuat pada setiap ilmuan Muslim yaitu: Ilmu itu hakikatnya satu. Semua formulasi  ilmu yang berbentuk disiplin ilmu adalah bersumber dari Allah, milik-Nya dan manusia hanya mendapat sedikit saja dari ilmu-Nya yang Maha luas dan  dalam. Dalam Ayat Kursi (surat Al-Baqarah ayat 255) disebutkan bahwa manusia tidak mengetahui sesuatu pun ilmu Allah kecuali apa yang Allah kehendaki. Keyakinan seperti ini tidak akan pernah ada pada mereka yang telah terjebak pada filsafat atau keyakinan positivistik Barat (Comtian).

Ilmu Allah itu sebagian terabstraksikan dalam bentuk ayat-ayat Allah. Ayat-ayat dimaksud terklasifikasi kepada dua kelompok besar yaitu Ayat Tanziliyah/Qauliyah (wahyu) dan Ayat Kauniyah (ciptaan= manusia dan alam semesta). Istilah lain 'ulum al-ilahiyah dan 'ulum al-kauniyah. IAIN Padangsidimpuan dalam paradigma teoantropoekosentris-nya mengelaborasinya menjadi 'ulum al-ilahiyah, 'ulum al-insaniyah dan 'ulum al-kauniyah. Kedua atau ketiga jenis ilmu ini disebut ayat (petanda) Allah, maksudnya tanda adanya Allah dan tanda kebesaran, keagungan, kesucian dan kemuliaan-Nya. Dengan demikian, ilmu apa pun yang kita cari dan pelajari, hakikatnya adalah penjelasan tanda-tanda kemahabesaran Allah. Alhasil, dalam pekerjaan keilmuan ini kita sedang  berusaha mengetahui lebih luas dan dalam tentang Allah (ma'rifatullah).

Itulah sebabnya, maka tujuan akhir semua pencarian ilmu ---bagi seorang muslim--- mesti dalam rangka mengenal Allah (ma'rifatullah) melalui tanda-tanda kebesaran-Nya. Pencarian ilmu yang tidak berpuncak kepada "mengenal/mengetahui Allah", merupakan pencarian yang sia-sia. Pencarian seperti ini memang sukses dalam mengetahui "dunia", tetapi berpotensi besar menjauhkan si pencari dari "iman kepada hari akhirat". Hasil keilmuan seperti ini akan mendestruksi diri, alam dan lingkungan dan peradaban manusia sebagai mana peradaban dunia yang dibangun Barat pada abat belakangan ini.


Cara Sederhana Mengintegrasikan Ilmu Agama dan Sains dalam Perkuliahan

Secara sederhana, bagaimana cara pengintegrasian ilmu agama dan sains dalam perkuliahan? Caranya sebagaimana Allah "mem-bahasa-kan" ayat kauniyah dan ayat insaniyah kepada manusia. Lihatlah Al-Qur`an; setiap kali Allah menyebut ciptaannya selalu berjalin kelindan dengan pesan iman dan takwa. Contoh: Mari kita baca terjemahan Al-Qur`an surat Asy-Syams ayat 1-10:

1. Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,

2. demi bulan apabila mengiringinya,

3. demi siang apabila menampakkannya,

4. demi malam apabila menutupinya (gelap gulita),

5. demi langit serta pembinaannya,

6. demi bumi serta penghamparannya,

7. demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya

8 maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

9. sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)

10. dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Dalam petikan terjemahan ayat Al-Qur`an di atas, dapat dipersepsi dengan jelas bagaimana cara Allah "mem-bahasa-kan" alam dan penomenanya sebagai media menyampaikan inti pesan-Nya kepada manusia yaitu pesan ketakwaan. Jadi ada jalin kelindan antara ayat kauniyah dan pesan ketakwaan (ayat tanziliyah/qauliyah) dalam ayat ini. Teknik sederhana inilah yang mesti kita adaptasi dalam pembelajaran/perkuliahan. Oleh karena itu, semua pem-bahasa-an ilmu kepada mahasiswa harus merupakan jalin kelindan (integrasi/interkoneksi) ayat tanziliyah/qauliyah, insaniyah dan kauniyah.

Contoh Kongkrit

Seorang guru atau dosen yang mengajarkan materi Kimia atau Fisika tentang Oksigen harus menjelaskan di hadapan peserta didik bahwa oksigen yang merupakan unsur non logam itu diberi takdir oleh Allah  mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lain di muka bumi ini.

Kata "diberi takdir oleh Allah" adalah kata kunci yang amat penting dalam pem-bahasa-an/penarasian integrasi sains dan agama. Guru atau dosen harus menekankan bahwa kemampuan oksigen bereaksi bukanlah kemampuan yang muncul dengan sendirinya pada setiap materi. Daya ini adalah daya yang diletakkan oleh Allah pada setiap benda atau materi sampai nanti Allah menetapkan ajalnya.

Daya non-inderawi yang ada pada materi yang menyebabkan terjadi reaksi kimia dengan unsur lain hanyalah sebagian kecil ayat-ayat Allah yang ditemukan dalam sains kimia atau fisika. Guru, dosen dan peserta didik akan menemukan keajaiban besar ayat-ayat Allah lainnya pada proses-proses kimiawi di alam semesta.

Bandingkan penjelasan di atas dengan firman Allah pada surat Fussilat/41 ayat 53: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar...

Penutup Kata

Pem-bahasa-an/penarasian seperti contoh di atas wajib kita lakukan dalam pembelajaran/perkuliahan, jika tidak maka Allah tidak akan pernah "hadir" dalam narasi keilmuan yang kita sampaikan dan kembangkan. Oleh karena itu, kita harus merubah formulasi pembahasaan/penarasian ilmu-ilmu sains kita sebagaimana tuntutan paradigma teoantropoekosentris.*** 

__________________________________

Keterangan Foto: 

Bincang Penguatan Kelembagaan di Ruang Kerja WR Bid. Kemahasiswaan dan Kerjasama

2 komentar:

  1. Semoga setiap tenaga pandidik Menjelaskan integrasi interkoneksi keilmuan agar tidak terjadi monodisiplin ilmu. Karena yang diharapkan sekarang ialah modernisasi keilmuan yang bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan yang selalu dinamis, statis tetapi tetap berlandaskan Alquran dan hadist

    BalasHapus
  2. Benar, integrasi dan interkoneksi keilmuan saat ini jadi agenda wajib setiap pendidik dan peneliti

    BalasHapus