Kamis, 10 September 2020

BERSERAHDIRILAH KEPADA-NYA HATIMU AKAN TENANG

 

Manusia modern banyak tersesat dalam mencari hakikat dan makna hidup. Apa makna hidup dunia ini sebenarnya? Apakah kehadiran kita ke muka bumi ini hanya suatu kesia-siaan? Atau memiliki tujuan?

Pencarian yang hanya menggunakan akal ternyata membuat manusia tersesat dalam pencarian makna hidup yang sesungguhnya. Bukti-bukti kongkret adalah filsafat hidup sesat yang tumbuh dan dianut oleh manusia modern. Misalnya materialisme, pragmatisme, hedonisme, dll. Tampaknya, karena kebodohan manusia dalam mencari makna hidup inilah maka Allah SWT menuntun orang beriman kepada makna dan hakikat hidup hakiki yang akan mengarahkannya kepada kebahagiaan hidup sempurna. 

Allah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau (la'ibun wa lahw). Dalam permainan dan senda gurau hidup ini manusia melakukan berbagai tindakan dan peran. Ada yang berambisi menjadi penguasa, pemilik kekayaan, pemilik pangkat dan jabatan. Di sisi lain ada yang mengalami penindasan, kemelaratan dan kesengsaraan. Tidak jarang pula terjadi perubahan peran, misalnya dari yang tadinya tertindas menjadi penguasa. Dari mulanya melarat menjadi kaya, mulanya menderita menjadi bahagia dan lain sebagainya. Ya, itulah kehidupan. 

Dalam hidup berupa permainan dan senda gurau ini, apa maksud dan tujuan Allah sesungguhnya? Dalam surat Al-Mulk ayat 1- 2 Allah memberi jawaban: 

"Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun".

Tujuan dari permainan hidup dan senda gurau ini adalah sebagai ujian Allah bagi manusia. Dalam ujian demikian ini akan tampak siapa di antara manusia yang lebih baik/sempurna amalnya, atau dalam ungkapan lain, "siapa yang beriman dan siapa pula yang engkar (kafir). 

Ujian hidup keduniaan berupa permainan dan senda gurau itu tidak saja diberikan kepada manusia biasa. Bahkan Allah telah memberikan permainan dan senda gurau yang keras kepada para Nabi-Nya. Sebagai contoh: Untuk membuktikan tindakan dan peran (amal) Nabi Ibrahim a.s., dalam mencintai Allah, maka Allah mengujinya dengan kalimat (perintah) menyembelih putra kesayangannya Ismail a.s. Dalam menghadapi ujian ini, dengan patuh dan taat kepada Allah, Ibrahim dan Ismail menghadapi ujian ini dengan hati yang pasrah dan tulus. Hasilnya, melalui ujian yang rasanya unthinkable (tidak masuk akal) itu Ibrahim dan Ismail berhasil membuktikan bahwa mereka lebih taat dan lebih mencintai Allah dari pada diri sendiri. 

Apa ujian buat kita? 

Ujian buat kita tidak pernah melebihi ujian bagi para Nabi. Allah akan menguji kita menurut kadar kesanggupan kita. Allah menegaskan: La yukallifullahu nafsan illa wus'aha (Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya). Oleh karena itu orang yang nekat dalam menghadapi suatu ujian, misalnya lari kepada perbuatan buruk, hal itu menandakan bahwa ia berkepribadian yang rapuh. Jadi bukan karena ia tidak memiliki daya ruhaniah dan jasmaniah yang cukup untuk menghadapinya. Buktinya, orang-orang seusianya yang mendapat ujian yang lebih berat, ternyata sanggup menghadapinya dengan sabar, ikhlas dan tawakkal. 

Apa kunci menghadapi ujian hidup? 

Kuncinya adalah berserah diri yang tulus ikhlas kepada Allah. Berserahdirilah (bertawakkallah) kepada Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan dan akan membangkitkan kita, yaitu Allah SWT. Dia juga telah menetapkan takdir kita. Dialah Tuhan yang memenuhi seluruh hajat hidup kita. Dialah yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita. 

Itulah sebabnya kita dituntun oleh Nabi Saw memperbanyak bacaan "hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir" (cukuplah Allah penolong kami, sebaik-baik pelindung dan pemberi pertolongan). Kalimat zikir ini sangat tepat dibaca saat-saat kita merasa berat menghadapi ujian. Begitu pula bacaan zikir "La haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil azhim" (tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Agung.

Yakinlah se yakin-yakinnya, jika kita menyerahkan seluruh masalah hidup kita kepada Allah,  maka Allah akan memberi keputusan terbaik bagi hambaNya yang sabar dan ikhlas.***

Foto: Pembahasan Renstra IAIN Padangsidimpuan 2020-2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar