Minggu, 23 Agustus 2020

BAGAIMANA BERSIKAP DALAM PERBEDAAN PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN AGAMA ANTARA NU DAN MUHAMMADIYAH?


 Saya setuju pendapat yang mengatakan bahwa perbedaan pemahaman dan pengamalan agama adalah sunnatullah yang harus diterima oleh setiap orang. Perbedaan ini muncul di antaranya sebagai buah dari perbedaan kemampuan para sahabat dan ulama penerus dalam memahami tuntunan Al-Qur`an dan Sunnah dalam berbagai hal. Di sisi lain, perbedaan ini muncul karena konteks atau situasi sosial yang dihadapai berbeda. Akibatnya, respon keagamaannya pun menjadi berbeda.

Dalam konteks perbedaan agama antara Muslim dan Non-Muslim saja, Allah SWT menuntun manusia agar ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). "...Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan." (Al-Maidah: 48).

Oleh karena itu, mari antara kelompok keagamaan (NU dan Muhammadiyah) berlomba-lomba dalam memahami dan mengamalkan agama. Setiap tindakan mengadili pemahaman atau pengamalan sebenarnya sudah keluar dari kodrat kita sebagai manusia. Dikatakan demikian, karena hanya Tuhan yang berhak mengadili siapa di antara kelompok keagamaan ini yang paling benar.

Setiap kelompok keagamaan harus menghindar dari tindakan mengadili (claim of truth)  pemahaman agama ini. Tindakan claim of truth bagaimana pun bentuknya adalah turunan dari kesombongan. Oleh karena itu, tindakan ini merupakan bentuk pengkultusan terhadap pemahaman agama yang dianut. Setiap bentuk pengkultusan pasti dekat kepada kemusyrikan.

Jika seseorang memegang teguh pemahaman agamanya dan ia tidak memaksakannya kepada orang lain, maka orang seperti ini harus dihormati. Kemestian penghormatan ini merupakan tuntutan dari keimanan yang sehat dan akhlak  yang luhur (akhlak al-karimah) yang terpatri pada setiap diri kaum beriman. 

Seorang NU atau Muhammadiyah yang telah dewasa akan memiliki sikap toleransi internal umat yang jauh lebih baik dibanding dengan eksternal umat beragama. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar