Selasa, 19 Juli 2022

TAREKAT PERSPEKTIF MUHAMMADIYAH?


Tarekat (thariqah) secara bahasa  bermakna jalan. Dalam ilmu tasauf, thariqah dimaknai sebagai jalan spiritual menuju Allah yang ditempuh ---terutama--- melalui zikrullah. Secara historis, khususnya sejak abad ke-12, banyak berdiri pondok-pondok tarekat yang memberi layanan khusus pendidikan spiritual atau latihan-latihan kerohanian. Banyak umat Islam yang menjadi murid pondok tarekat ini.

Dalam pondok tarekat, seorang syekh mengajarkan tazkiyyatun nafs melalui amalan-amalan tertentu dan metode-metode zikir yang khusus. Orientasi dari pengajaran tarekat ini tentu saja penyucian qalbiyah atau ruhiyah (hati atau ruhani).

Bagaimana tarekat versi Muhammadiyah? Atau bagaimana perspektif Muhammadiyah tentang jalan spiritual menuju Allah? 

Jalan spiritual Muhammadiyah berbeda dengan jalan spiritual dunia tarekat. Muhammadiyah mengarahkan warga persyarikatan kepada jalan spiritual yang selalu integral dengan amal shaleh. Dengan demikian, dalam Muhammadiyah warga dididik secara seimbang antara "iman, ilmu dan amal" atau "zikir, fikir dan amal". Jadi tidak diarahkan kepada satu titik amaliyah ruhaniyah tertentu, misalnya titik keruhanian (spiritualitas) an sich.

Simpul berpikir demikian ini didasarkan kepada ayat-ayat Al-Quran, di antaranya:

1. Surat As-Sajdah (32) ayat 16:

تَتَجَا فٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَا جِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."

2. Surat Al-Muzammil (73) ayat 20:

اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَ نِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَ ۗ وَا للّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَا لنَّهَا رَ ۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ فَا قْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰ نِ ۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰى ۙ وَاٰ خَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَ رْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙ وَاٰ خَرُوْنَ يُقَا تِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖ فَا قْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۙ وَاَ قِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰ تُوا الزَّكٰوةَ وَاَ قْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَ نْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ هُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًا ۗ وَا سْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

3. Surat Al-'Ashr (103) ayat 1-3:
وَا لْعَصْرِ 
"Demi masa."

اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ 
"Sungguh, manusia berada dalam kerugian,"

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Ayat-ayat Al-Quran di atas memberi bimbingan agar orang beriman berupaya sungguh menguatkan spiritualnya, tidak saja shalat dan zikir tetapi juga shalat tahajjud. Dalam surat As-Sajdah ayat 16 di atas, Allah SWT meminta orang beriman agar di tengah malam, atau di ujung malam, bangkit dari tempat tidur untuk tahajjud dengan khusyuk. Dalam tahajjud itu doa dipanjatkan dengan rasa takut dan penuh harap kepada Allah. Namun demikian, orang beriman tidak boleh hanya berhenti pada munajat spiritual. Ia mesti pula terlibat memperjuangkan agar kaum dhu'afa terbebas dari belenggu kemelaratan dan kemiskinan.

Pesan pokok surat As-Sajadah ini sejalan dengan pesan pokok surat Al-Muzammil ayat 20 dan surat Al-'Ashr ayat 1-3. Intinya, kaum beriman mesti terus-menerus meningkatkan spiritualitasnya melalui tazkiyatun nafs, tetapi berbarengan dengan itu mesti pula mempertinggi ketajaman mata batin dan pikirannya dalam memahami penderitaan dan membela kaum dhu'afa' (kaum lemah) dan mustadh'afin (kaum tertindas).

Dalam hal tazkiyatun nafs (bertarekat), Muhammadiyah mengajarkan agar bersungguh-sungguh meneladani Nabi Saw setidaknya dalam delapan poin berikut:

Pertama, shalat lima waktu dengan khusyu' disertai zikir dengan tadharru' (rendah hati), khufyah (lembut), khauf (rasa takut) dan thama' (penuh harap). Shalat adalah seutama-utama zikir. Zikir dalam shalat ini mesti clear terlebih dahulu, baru zikir yang lain. Sebagai contoh zikir shalawat. Sebelum membiasakan zikir shalawat di luar shalat, maka lebih dahulu perbaiki shalawat dalam shalat.
Kedua, shalat tahajjud di tengah malam atau di penghujung malam yang dibarengi doa dengan rendah hati, lemah lembut, rasa takut dan penuh harap.
Ketiga, senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam semua keadaan. Sehingga zikrullah tidak pernah lepas dari dalam hati dan terkadang diucapkan secara verbal.
Keempat, membiasakan shalat-shalat sunnat selain tahajjud, terutama shalat sunnat rawatib dan dhuha.
Kelima, membiasakan puasa sunnat, setidaknya puasa sunnat Senin dan Kamis.
Keenam, membiasakan membaca Al-Quran dan memahami maknanya.
Ketujuh, rajin mendatangi majelis ilmu dan bergaul dengan orang shaleh.
Kedelapan, i'tikaf, khususnya 10 terakhir bulan Ramadhan.

Hemat penulis, seperti inilah tarekat Muhammadiyah yang harus dijalani warga persyarikatan Muhammadiyah. Allahu a'lam.

Gambar:
Jakarta 06 Agustus 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar