Rabu, 17 April 2024

MAU'IZHAH HASANAH DALAM BERDAKWAH: PESAN KEPADA SAUDARA-SAUDARAKU BER-MANHAJ SALAF

Saya pribadi ---dalam batas-batas tertentu---setuju dengan pandangan kelompok yang menyebut golongan mereka ber-manhaj salaf bahwa umat Islam ---dalam beragama, khususnya dalam hal pengamalan ibadah mahdhah--- mesti meneladani Rasulullah Saw., dan para sahabat. Hanya saja, menurutku ada beberapa hal yang penting menjadi diskusi bersama.

Pertama, pengamalan ibadah tidak cukup hanya pada aspek eksoteris (aspek luar) ibadah berupa  juz'iyyat, kaifiyyat, haiat dari suatu ibadah, tapi juga harus memperhatikan aspek esoteris (aspek dalam) dari ibadah. Justru aspek dalam dari ibadah inilah yang menjadi ruh atau jiwa dari ibadah. Allah SWT menegaskan aspek dalam ibadah ini dalam istilah-istilah: khusyuk, tadharru', khufyah, khauf, khifah, thama', rahab, raghab, ikhlas, dan sebagainya. Saya memiliki kesan ---mohon maaf, Allahu a'lam--- saudara-saudaraku yang ber-manhaj salaf di Indonesia, sebagaimana juga sebagian kaum Muslimin yang berorientasi pemurnian agama, lebih fokus pada pemahaman aspek luar ibadah dari pada aspek dalam. Pada hal semestinya pemahaman tentang aspek luar dan aspek dalam ini harus berimbang. Pemahaman aspek luar ini pun kelihatannya sempit, kaku, harfiah, dan bersifat hitam-putih. Bahkah aspek luar ibadah ini seolah-olah  dijadikan standar utama untuk menilai bid'ah atau sunnah.

Kedua, adab yang tinggi dalam dakwah harus menjadi pijakan, karena Allah SWT dan Rasul-Nya sendiripun mencontohkan adab yang maha luhur dalam memahamkan din al-Islam kepada umat manusia. Kitab-kitab sirah memperlihatkan bahwa pada masa-masa awal tugas kerisalahan, Allah SWT menuntun Nabi-Nya mengajarkan aqidah dan akhlak. Diperlukan waktu kurang lebih 10 tahun untuk pengajaran aqidah dan akhlak ini. Selanjutnya, setelah aqidah dan akhlak mulai mantap, barulah pengajaran syari'at, khususnya ibadah dan mu'amalah diberikan. Untuk pengajaran yang terakhir ini, butuh waktu kurang lebih 13 tahun. Dengan demikian, dalam mendaratkan pesan-pesan risalah Islam, Rasulullah Saw., membutuhkan waktu kurang lebih 23 tahun. Pada hal, sekiranya Allah SWT berkehendak, mudah saja bagi-Nya. Cukup mengatakan, "Kun, fa yakun" (Jadilah, maka akan jadilah yang dikehendaki Tuhan itu).

Sebagai contoh, dalam kasus pengajaran syari'at keharaman khamar  (minuman memabukkan dan sejenisnya), Allah SWT tidak serta merta menyebut khamar itu haram atau terlarang. Penegasan haram baru terjadi setelah Allah SWT menurunkan ayat terkait khamar keempatkalinya (fase penurunan wahyu terakhir terkait khamar). Sebenarnya, sekiranya Allah suka, mudah saja bagi Allah untuk menyatakan, "Ini haram, itu halal."  Tapi Tuhan yang Maha Bijaksana tidak memperlakukan manusia menerima syariat tanpa kesadaran akal dan hati. Manusia diberi kemerdekaan akal untuk menentukan pilihan, karena telah jelas mana jalan yang benar (ar-rusyd) dan mana jalan sesat (al-ghay). Tampak dalam proses pengharaman khamar ini, Allah SWT mengajarkan kepada manusia hikmah ilahiyyah yang maha tinggi dalam mendakwahkan agama. (Bandingkan dengan sebagian perilaku penyampai agama yang suka memvonis pengamalan agama saudaranya dengan istilah bid'ah, kafir, syirik, thaghut, dll.).

Penting dimengerti bahwa minuman khamar pada masyarakat Arab Jahiliyah ketika itu adalah minuman yang dihidangkan pada upacara-upacara agama dan budaya, serta minuman yang telah mentradisi di tengah masyarakat secara turun-temurun. Dengan demikian, mengajak kaum Jahiliyah meninggalkan khamar bukan sesuatu yang mudah.

Dalam konteks masyarakat seperti itu, Allah ---melalui Rasul-Nya--- mengajarkan keharaman khamar secara berangsur yang ditandai dengan empat fase penurunan ayat. Pada fase pertama, nalar manusia disentuh dengan perilaku paradoknya dalam mengonsumsi kurma dan anggur. Di satu sisi, manusia mengonsumsinya sebagai rezki yang baik buatnya, namun di sisi lain, kaum Jahiliyah mengolahnya menjadi rezeki yang buruk (minuman khamar). Pada fase kedua, Allah mulai melabeli perbuatan minum khamar sebagai dosa besar (itsmun kabir) dengan tanpa menafikan adanya sedikit manfaat. Selanjutnya, fase ketiga, Allah memberi bimbingan yang semakin tegas agar orang beriman menjauhi jamaah shalat Nabi jika keadaannya masih mabuk khamar. Pada fase terakhir, barulah Allah SWT secara tegas melarang kaum beriman menjauhi khamar. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." (Al-Maidah (5) ayat 90-91).

Mari baca dengan seksama ayat-ayat berikut:*

a. An-Nahl (16) ayat 67:

وَمِنْ ثَمَرٰتِ النَّخِيْلِ وَا لْاَ عْنَا بِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْهُ سَكَرًا وَّرِزْقًا حَسَنًا ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

"Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti."** 

b. Al-Baqarah (2) ayat 219:

يَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَا لْمَيْسِرِ ۗ قُلْ فِيْهِمَاۤ اِثْمٌ کَبِيْرٌ وَّمَنَا فِعُ لِلنَّا سِ ۖ وَاِ ثْمُهُمَاۤ اَکْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَا ۗ وَيَسْــئَلُوْنَكَ مَا ذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمُ الْاٰ يٰتِ لَعَلَّکُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ 

"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya." Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, "Kelebihan (dari apa yang diperlukan)." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan,"**

c. An-Nisa'/4 ayat 43:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْـتُمْ سُكَا رٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَا بِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗ 

"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekadar melewati untuk jalan saja, ..."**

d. Al-Maidah (5) ayat 90-91:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَا لْمَيْسِرُ وَا لْاَ نْصَا بُ وَا لْاَ زْلَا مُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَا جْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung."**

Ketiga, menegaskan poin pertama dan kedua di atas, penting diingat bahwa Tuhan sendiri memerintahkan kepada setiap Muslim agar "berbuat ihsan kepada orang lain sebagaimana Allah berbuat ihsan kepada diri manusia sendiri" (ahsin kama ahsanallahu ilaik) [Al-Qashash (28): 77]. Termasuk dalam hal ber-tabligh, setiap penyampai agama mesti berbuat ihsan di jalan dakwah. Bahkan mesti berupaya meneladani sikap dan perilaku ihsan Rasulillah Saw.

Penting diketahui bahwa ihsan adalah nilai tertinggi perbuatan baik, yakni suatu nilai perbuatan yang dikerjakan karena benar-benar ikhlas dan mengharapkan keridhaan Allah. Ketahuilah bahwa Allah SWT berbuat ihsan kepada makhluk-Nya tanpa mempersoalkan apakah makhluk tersebut jahat, pembangkang, atau pendosa. Rahmat-Nya selalu tercurah kepada siapa pun sampai pada waktu yang ditentukan.

Ketahuilah, setiap penyampai agama akan dipandang bersikap dan berprilaku ihsan jika semua sikap dan laku perbuatannya mencerminkan perilaku dan sikap kenabian yang rahmatan lil 'alamin.


Harus Dihindari
Melihat konteks keagamaan dan budaya masyarakat kita, amat penting menghindari kata-kata seperti: bid'ah, sesat, kafir, dan syirik kepada kaum Muslimin yang berpegang kuat kepada adat-istiadat dan budaya lokal. Kata-kata peyoratif ini membuat kaum Muslim tradisional menjauh dari dakwah yang berisi kepada ajakan beragama versi salafus shalih. Ingat pesan Nabi Saw., agar berdakwah dengan memudahkan dan menggembirakan. Jangan membuat orang lari dari dakwah salaf. Nabi berpesan, "Yassiru wala tu'assiru, basysyiru wala tunaffiru" (Permudah jangan persulit, gembirakan jangan membuat mereka lari).

Sadarilah dengan sebaik-baiknya bahwa kaum Muslim tradisional menerima Islam dari para ulama yang pernah belajar di pusat-pusat keilmuan dunia Islam. Para ulama dimaksud tidak saja menerima pengajaran syariat, tetapi juga mendapat ijazah dari berbagai perguruan tarekat. Tokoh-tokoh ini dipandang oleh kaumnya sebagai wali-wali Allah yang telah bersih dari dosa. Pengajaran dari para auliya' ini bagi mereka bersifat suci. Dan karenanya mereka benar-benar mematuhi pengajarannya secara lahir dan batin, tanpa perlu berpikir  tentang dalil-dalil yang menjadi landasan pemahaman atau pengamalan. 

Itulah sebabnya mengapa kaum Muslim tradisional berpandangan bahwa ungkapan bid'ah apalagi syirik yang dialamatkan kepada  mereka merupakan tuduhan yang sangat menyakitkan. Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa mereka langsung memberi perlawanan ketika pemahaman agama yang mereka terima dari alim-ulama yang dihormati itu dilabeli bid'ah, sesat, syirik, dan sebagainya.

Pesan Penutup
Berpijak kepada penjelasan di atas, mari berdakwah dengan penuh hikmah dan mau'izhah hasanah. Tidak seorang pun tahu apakah ilmu dan amalnya sudah benar dan diridhai Allah. Tetaplah rendah hati (tawadhu') di jalan dakwah. Hindari kata-kata dan sikap yang memojokkan, apa lagi merendahkan. Ingatlah bahwa agama ini milik Allah, bukan milik kita. Allah SWT saja memperlihatkan adab yang Maha Luhur dalam menyampaikan pesan-pesan agama-Nya kepada manusia. Tugas para Nabi dan pewarisnya hanya menyampaikan din al-haq. Tidak lebih dari itu. Jika orang menolak apa yang kita sampaikan, maka bersabarlah. Dan, mari semua golongan umat Islam bekerja sama untuk menggembirakan dakwah Islam dalam  konteks fastabiqul khairatAllahu a'lam.

_________________________________

Catatan kaki:
*https://tebuireng.online/tahapan-pengharaman-khamr/
**Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Gambar:
Jelang Maghrib di Kota Pasir Pangaraian, Rokan Hulu, Provinsi Riau, 15 April 2024.

4 komentar:

  1. Memang, sejatinya demikianlah bila berdakwah. Perlu diketahui... jangan cepat mengklaim paling benar, murni dan berlebihan. Kita baca litetatur 10 buku orang seratus dan makin rendah diri dan khauf. Syukran tausiyahnya.

    BalasHapus
  2. Setuju sekali. Terima kasih apresiasinya.

    BalasHapus
  3. Syukran atas pesan penting ini, semoga senantiasa dapat menyampaikan ilmu dalam konteks fastabaqul khairat

    BalasHapus